Selama dua periode, Hasan Aminuddin menjabat sebagai Bupati Probolinggo. Usai lengser, Hasan bergeser ke Senayan dan menjadi anggota dewan terhormat.
Sementara posisi yang ditinggalkannya dijabat oleh istri keduanya, Puput Tantriana Sari yang mantan karyawan sebuah bank di Jawa Timur itu.
Hebatnya lagi, saat tertangkap Puput sedang menjabat di periode kedua sebagai bupati. Pasangan suami istri ini ditangkap KPK karena dugaan jual beli jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Probolinggo (Kompas.id, 30/08/2021)
Hasan adalah anggota DPRD Probolinggo kawakan jauh sebelum menjadi orang nomor 1 di Probolinggo. Selama menjabat bupati, kalangan penggiat koropsi di Probolinggo mencatat Hasan selalu “lolos” dari temuan dan laporan masyarakat soal kasus-kasus yang ditengarai berbau “kongkalingkong” dan “mark up”.
Ada laporan soal program pemberdayaan fakir miskin, pengadaan sistem penyediaan air minum dan proyek pembangunan gedung Islamic Center.
Di DPR pun, Hasan termasuk satu dari 45 orang pengusul revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang KPK pada 2015 silam.
Saya belajar banyak dari seorang sahabat yang pernah menjadi pekerja lembaga asing (NGO) di Aceh saat bumi Serambi Makah ini tersapu tsunami.
Hasil kerja kerasnya diwujudkan dengan membeli tanah dan membangun pondok untuk keluarganya di pinggi kali di Kawasan Pakem, Yogyakarta.
Jika ada kelebihan dana, dibangun lagi pondok-pondok yang lain untuk disewakan sebagai kamar bagi pengunjung.
Istrinya memasak nasi goreng kampung dan singkong goreng, sementara kawan saya ini sesekali memeriksa apakah ada pesanan kamar atau tidak dari turis mancanegara dari laptopnya.
Ritme hidupnya begitu lamban bergerak, tidak seperti di Ibukota di mana kehidupan harus dicari bahkan dikejar setengah mati. Sembari menikmati Gunung Merapi, sahabat saya ini mengisi harinya dengan dentingan gitar dan celoteh burung prenjak.
Ternyata sejatinya rasa "kaya" itu ada di hati. Di sanubari kita. Kita kerap bekerja keras tetapi tidak ikhlas. Selalu ngedumel seolah Tuhan tidak pernah berpihak.
Sebaliknya, ada yang bekerja ala kadarnya tetapi tiada henti mengucap syukur. Rasa syukur selalu dimanifestasikan dengan kerja cerdas.
Seberapapun rezeki yang tertangguk jika tidak dilandasi dengan ucap syukur, sepertinya tidak ada kata cukup. Kebutuhan duniawi jika dituruti terus tanpa henti, ibaratnya sumur tanpa dasar.
Harus kita akui, banyak sahabat-sahabat saya dan saya sendiri kerap melupakan kata syukur. Keserakahan mencari materi, seperti tiada habisnya. Serakah adalah harus dilakukan. Semua harus dihabiskan. Tanpa tersisa sedikit pun.
Kasus Probolinggo meninggalkan kekhidmatan: urip sadermo nglakoni tumekaning takdir.
Menjalani takdir dengan tulus, ikhlas, dan bersyukur agar hidup menjadi tenteram dan damai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.