Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kaum "Klayapan", Mereka yang Dilarang Pulang ke Indonesia

Kompas.com - 23/08/2021, 06:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak sedikit orang-orang pintar yang dikirim Bung Karno untuk tugas belajar itu hidup mengenaskan di negeri orang.

Alumni Universitas Lomonosov, Uni Soviet (sebelum menjadi Rusia) bergelar doktor, Supardi Adiwijaya, sempat menjadi sopir angkut logistik di Belanda sebelum pensiun di usia senja.

Cita-cita hidupnya hanya ingin pulang ke tanah air. Supardi yang beristrikan Tatiana, perempuan Uni Soviet, sempat mengurus paspor yang berbelit prosedurnya di Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag, Belanda sebelum ajal menjemput saat bermain bulutangkis pada 2012.

Walau teregister sebagai warganegara dari negara yang pernah menjajah negerinya, jiwa Supardi tetap merah putih.

Sejak Soeharto berkuasa puluhan tahun hingga tumbang dan berlanjut era sekarang, kasus pencabutan paspor pasca-Peristiwa 1965 yang tergolong pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) berat masih juga menggantung tanpa penyelesaian.

Putu Pendit: Ditolak Indonesia dimanfaatkan Australia

Putu Laxman Pendit, seperti diungkap Kompas.com beberapa waktu lalu, adalah segelintir ilmuwan langka yang menggeluti kajian perpustakaan dan informasi di Australia.

Putu yang bergelar doktor ini tidak bisa berkiprah mengembangkan keilmuannya di tanah airnya sendiri karena memang negara  saat itu tidak menghendaki dia pulang.

Putu yang menuntaskan pendidikan S-2 di Loughborough University of Technology, Inggris dan S-3 di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) Australia merupakan pengembang ilmu perpustakaan di Indonesia.

Bersama Profesor Sulistyo Basuki ia mendirikan program magister perpustakaan di Universitas Indonesia (UI) pada 1993. Saat itu, hanya ada dua institusi pendidikan di tanah air yang mendidik sarjana bidang perpustakaan yakni UI dan Universitas Padjadjaran.

Ketika kembali ke tanah air usai menuntaskan program masternya pada1988, ketersediaan sumber daya pustakawan saat itu sangat memprihatinkan.

Mereka yang bekerja di perpustakaan umumnya orang buangan atau terpaksa bekerja di tempat “kering” itu. Belum lagi rezim Orde Baru yang tengah berkuasa dengan kuatnya melakukan pengawasan ketat dan birokratisasi yang aneka kelembagaan (Kompas.com, 29/07/2021).

Baca juga: Kisah Putu Pendit, Doktor Perpustakaan yang Tak Dapat Tempat di Indonesia

Usai menamatkan pendidikan doktoralnya atas biaya sendiri di RMIT Australia, justru keahlian Putu tidak dihargai UI.

Usulan mantan wartawan ini untuk mengembangkan program studi double degree di UI dengan RMIT ditampik UI dengan alasan yang menurut dia dibuat-buat. Bahkan UI memecat Putu dengan tidak hormat di 2007.

Putu yang sudah mendapatkan tawaran permanent residence selepas lulus S-3 dari Australia, akhirnya memilih menetap di benua kangguru mengingat status pegawai negerinya di UI telah berakhir.

Bisa jadi, pemecatan Putu terkait dengan sejarah masa lalu ibunya yang juga dipecat dari UI karena terkait dengan gerakan “kiri” walau dengan alasan yang berbeda.

Ibunda Putu, Ni Luh Putu Murtini, adalah Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UI tahun 1964-1966 serta lulusan Library School Columbia University New York. Ni Luh termasuk salah satu pustakawan awal lulusan luar negeri.

Hanya karena Ni Luh Putu menghadiri Kongres Himpunan Sarjana Indonesia yang dianggap pro PKI maka Kepala Perpustakaan Yayasan Idayu itu dipecat.

Sewaktu ibu hingga anaknya, Putu, bekerja, Orde Baru sangat ketat memberlakukan kebijakan program bersih lingkungan. Siapapun yang terkait “kiri” dari garis keturunan ke atas atau ke bawah, ke kanan atau ke kiri, akan disingkarkan oleh aparat-aparat Soeharto.

Walau terbuang ke negeri orang, Putu tetap berjasa untuk tanah airnya. Berkat sumbangsih keilmuannya, kini telah berdiri program studi perpustakaan di hampir 60 perguruan tinggi negeri dan swasta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com