Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kaum "Klayapan", Mereka yang Dilarang Pulang ke Indonesia

Kompas.com - 23/08/2021, 06:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berkat Putu pula, ilmu perpustakaan kini naik pamor dan menjadi pengembangan keilmuan yang lain. Putu pensiun mengajar dari RMIT pada 2011 dan hingga kini masih menjadi narasumber kegiatan ilmiah dan membantu membimbing mahasiswa doktoral di tanah air walau menetap dan telah menjadi warga negara Australia.

Jangan abaikan mereka yang "klayapan"

Kisah yang dialami Putu Laxman Pendit sangat berkorelasi dengan topik disertasi saya di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran (2010) walau kadar “penderitaan” para obyek penelitian saya jauh lebih berat dan menderita lahir bathin ketimbang Putu Laxman Pendit.

Seperti kisah salah satu narasumber saya yaitu Sobron Aidit, adik kandung Ketua CC PKI DN Aidit yang hingga akhir hayatnya bekerja di Restorant Indonesia Paris. Kerinduannya akan kampung halamannya di Belitung, dibawa sampai mati.

Selama rezim Soeharto berkuasa, mereka yang dianggap “kiri” dan berseberangan dengan Orde Baru dilarang pulang.

Karena berbiaya mahal jika peti jenazah dikirim ke Belitung, jenazah Sobron akhirnya dikremasi dan sebagian abu jenazahnya dibawa pulang ke tanah air.

Sobron wafat terjatuh di stasiun kereta api bawah tanah di Paris, medio Februari 2007 silam.

Abu jenazah dalam setoples ukuran sedang harus saya bawa diam-diam dari Jakarta ke Belitung bersama salah satu anak Sobron. 

Dengan menghubungi kerabat DN Aidit yang masih ada, akhirnya kami mendapat petunjuk keberadaan nisan kayu tua tak bernama.

Kuburan tanpa identitas itu adalah milik kedua orang tua Aidit bersaudara yakni Abdullah Aidit dan Ayu Mailan.

Di situlah kami menjalankan amanat mendiang Sobron untuk dimakamkan berdekatan dengan orang tuanya walau “wujud” mendiang tinggal berbentuk abu saja.

Prosesi ritual itu harus diakhiri dengan cepat sebelum aparat di Belitung mengetahui keberadaan keluarga Aidit.

Sebelum 2007, Sobron beberapa kali ingin menjenguk kampung halamannya di Belitung, namun gagal karena tidak mendapat visa masuk ke bekas tanah airnya.

Presiden Abdurrahman Wahid menyebut mereka yang tidak bisa pulang karena mengalami pencabutan paspor sebagai kaum “klayapan”.

Dengan alasan kemanusian mengingat usia mereka sudah lanjut serta berjiwa besar karena rezim lama telah melakukan pelanggaran HAM berat, kepulangan mereka ke tanah air seharusnya tidak melulu disikapi dengan menggunakan security approach yang berlebihan.

Putu Pendit, Tom Ilyas, Bambang Soeharto, atau Willy Kantaprawira adalah anak-anak bangsa yang telah menjalani pilihan hidupnya di negeri orang di saat negara abai dengan kewajibannya yang hakiki.

Sementara mereka yang telah tiada, kerabatnya menunggu kejelasan status orangtuanya dari negara asalnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com