Beny mengakui bahwa pertanyaan yang beredar di media massa itulah yang ia dapatkan saat TWK.
“Di situlah muncul kemudian pernyataan-pernyataan yang banyak beredar di media seperti ada pernyataan kami disuruh pilih, setuju atau tidak setuju: 'Semua China sama saja', 'Semua orang Jepang itu kejam'," tutur dia.
"Homoseksual harus diberikan hukuman badan, membunuh demi kedaulatan negara itu diperbolehkan dan pernyataan yang lain-lain, kami diminta untuk setuju atau tidak setuju,” kata Beny.
Baca juga: Pimpinan KPK Tolak Cabut SK Penonaktifan 75 Pegawai yang Tak Lolos TWK
Ia menambahkan, ada beberapa sub tes dalam TWK yang terdiri dari pernyataan dan sejumlah pertanyaan esai, misalnya terkait kasus Rizieq Shibab.
"Di situ muncul pertanyaan-pertanyaan seperti apa pendapat anda mengenai kasus Habib Rizieq Shibab? Apakah beliau layak dihukum karena melanggar protokol kesehatan," ucap Beny.
Kemudian, ia menyebut ada pertanyaan-pertanyaan janggal yang dinilai tidak terkait dengan wawasan kebangsaan. Hal itu, menurutnya aneh dan sensitif, terutama bagi pegawai KPK yang perempuan.
"Muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: 'Kenapa belum menikah?', 'Apakah masih punya hasrat atau tidak?', 'Kok umur segini belum menikah'," ucap Beny.
"Muncul pertanyaan, 'Kalau diminta oleh negara bersedia enggak melepas jilbab?', 'Lalu apa pendapat kamu mengenai free-sex?', dan lain-lain, yang bagi sebagian dari kami itu tidak menggambarkan wawasan kebangsaan," tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.