Selain itu, ia mengaku tak terlalu suka menggunakan jas karena kondisi cuaca di Jakarta yang panas.
Kalla membeberkan, dari beberapa negara yang dilewati garis khatulistiwa, hanya Indonesia saja yang masyarakatnya gemar menggunakan jas.
Akhirnya Kalla berpikir bagaimana merubah budaya tersebut. Karena menurut dia, penggunaan jas itu makin nampak setelah era Presiden BJ Habibie.
Ya wajar saja, Habibie memang banyak menghabiskan waktunya di Eropa yang memiliki suhu lebih dingin.
Baca juga: Jusuf Kalla: Dulu Saya Usulkan Pilkada 3 Kali sebab Rumit bagi Penyelenggara
“Saat itu saya tanya adik saya Ahmad, kita mau hemat energi listrik. Listrik paling boros disedot oleh apa? Ia menjawab AC. Karena kalau siang hari lampu tidak menyala, tapi AC menyala. Lalu bagaimana agar AC itu hemat, dia jawab jangan kasih full temperaturnya,” kata Kalla.
“Saya langsung hubungi Setneg untuk minta semua kantor pemerintah maksimal penggunaan AC di suhu 25 derajat. Apa yang terjadi, pertama orang hemat listrik, kedua tidak bisa pakai jas,” sebutnya.
Setelah mengeluarkan aturan tersebut, Kalla mengaku sempat terkena imbasnya.
Saat itu dalam momen pernikahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Kalla diundang dan diminta oleh SBY untuk menjadi saksi pernikahan.
Baca juga: Jusuf Kalla: Saya Selalu Hormat ke Bu Mega karena 2 Kali Diangkat Jadi Menteri
Ia sempat tak enak hati karena pada acara tersebut seharusnya ia mengenakan jas. Namun, jika hal tersebut ia lakukan, maka Kalla merasa tidak menjadi pemimpin yang konsekuen.
“Saya telfon Pak SBY, saya sampaikan permintaan maaf karena sesuai kesepakatan, saya tidak bisa pakai jas. Saya melanggar aturan yang saya buat sendiri (tidak mau). Jadi saya datang dengan menggunakan batik. Pak SBY menjawab tidak apa-apa. Maka di momen itu juga saya sendiri yang pakai batik itu,” ceritanya.
Terakhir Kalla meminta dalam upaya menjaga pemerintahan, seorang pemimpin harus konsekuen dan konsisten dengan keputusan yang diambilnya.
“Kita sebagai pemimpin harus konsekuen, memelihara konsistensi dan memelihara apa yang kita bicarakan, kita lakukan,” tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.