Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jenderal Hoegeng Lolos dari Fitnah Berkat Catatan Harian

Kompas.com - 14/07/2020, 15:49 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Enam belas tahun yang lalu, tepatnya 14 Juli 2004, Mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso berpulang di usia 83 tahun. Hoegeng dikenal luas sebagai pejabat yang tegas, jujur dan berintegritas.

Melansir pemberitaan Harian Kompas, 1 September 2006, dalam sebuah diskusi di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (31/8/2006), Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengungkapkan lelucon yang mengenang integritas Hoegeng.

Kala itu, Gus Dur melontarkan lelucon di sela menyinggung pemberantasan korupsi. Gus Dur mengungkapkan, di Indonesia hanya ada tiga polisi yang baik.

Baca juga: Kisah Kesederhanaan Hoegeng, Menolak Pengawalan dan Mobil Dinas

Tiga polisi itu, pertama, mantan Kepala Polri, almarhum Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Kedua, patung polisi dan ketiga adalah polisi tidur.

Selain dituturkan Gus Dur, teladan kejujuran Hoegeng juga banyak diceritakan kerabat dan koleganya.

Dilansir dari buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono (2013), Hoegeng ternyata juga merupakan sosok yang rajin dan teliti menuliskan jurnal harian. Ia terbiasa menuliskan pengalaman sehari-hari dalam sebuah buku berukuran besar.

Pengalaman-pengalaman itu ditulis menggunakan tulisan tangan Hoegeng sendiri lengkap dengan tanggal kejadian. Tak hanya pengalaman baik-baik saja yang ditulis, tetapi peristiwa buruk juga diabadikan dalam catatan itu.

Baca juga: Mengenang Jenderal Hoegeng, Kapolri Jujur dan Teladan Bhayangkara...

Suatu hari, catatan-catatan Hoegeng itulah yang menyelamatkannya dari fitnah salah seorang rekannya di kepolisian.

Sebagaimana dituturkan Suhartono, Hoegeng pernah dipanggil Presiden Soekarno.

Saat itu, Presiden ingin menanyakan kebenaran kabar yang menyebut Hoegeng ingin menggulingkan atasannya saat itu, yakni Soetjipto Joedodihardjo.

Saat itu, Soetjipto menjabat sebagai Kapolri sekaligus Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Pangak).

Ketika ditanya langsung oleh Presiden, Hoegeng terkejut lantas bertanya,"Siapa yang bilang?"

Presiden Soekarno lantas menyebut satu nama. Hoegeng lalu minta agar dirinya dikonfrontasi dengan orang tersebut.

Baca juga: Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur yang Disebut Gus Dur dalam Humornya

Presiden setuju dan menjadwalkan pertemuan dengan orang yang bersangkutan untuk mengkonfrontasi tuduhan itu.

Saat dikonfrontasi dengan orang tersebut, Hoegeng tidak lupa membawa buku besar yang menjadi catatan hariannya.

Di hadapan Presiden, Hoegeng membenarkan bahwa dirinya memang didatangi oleh yang bersangkutan di kantor dan di rumahnya.

Secara rinci Hoegeng menyebutkan tanggal dan pertemuannya, serta isi detail pembicaraannya.

Hoegeng juga membeberkan jawabannya setelah diajak yang bersangkutan untuk menggulingkan Menteri/Pangak Jenderal Pol Soetjipto.

Baca juga: Gubernur Ganjar Usulkan Jenderal Hoegeng Jadi Pahlawan Nasional

"Dalam pertemuan itu, Hoegeng memang diajak untuk ikut menggulingkan Menpagak. Namun, di catatan buku itu, Hoegeng menyatakan tak bersedia ikut mendongkel Menteri/Pangak. Selama Pak Tjipto adalah atasan Hoegeng, Hoegeng tidak mau mendongkelnya. Apapun alasannya," tegas Hoegeng.

"Jadi jangan memutarbalikkan fakta begitu Mas, Wong sampeyan sendiri yang mengajak untuk mendongkel Pak Tjipto, mengapa Hoegeng yang kemudian dituduh ?" jelas Hoegeng sambil membacakan dan menunjukkan catatan Kepada Presiden dan orang yang bersangkutan.

Di catatan itu, Hoegeng menunjukkan orang tersebut dua kali dan ke rumahnya saat mengajak Hoegeng untuk ikut menumbangkan Soetjipto.

Namun, Hoegeng tetap tidak bisa dibujuk untuk merebut jabatan orang lain tanpa hak dan mengorbankan orang lain.

Akhirnya, Presiden bertanya kepada yang bersangkutan. "Apakah yang diceritakan Hoegeng itu benar?" tanya Soekarno.

Polisi itu lalu menjawab "Inggih Kasinggian (ya betul)," jawab polisi itu.

Baca juga: Sulit Mencari Kapolri seperti Hoegeng

Hoegeng kemudian meminta yang bersangkutan untuk tidak lagi memutarbalikkan fakta. Presiden Soekarno menegurnya dan menganggap persoalannya selesai.

Dengan alasan tidak mau mempermalukan pihak lain, pihak yang mengetahui cerita ini sengaja tidak mau menyebutkan siapa orang yang dimaksud Hoegeng yang telah mencoba memfitnahnya lewat Presiden Soekarno itu.

Sejarah kemudian mencatat, seusai jabatan Soetjipto Joedodihardjo sebgai Kapolri berakhir, Hoegeng ditunjuk untuk menggantikan.

Jenderal Hoegeng Iman Santoso menjadi Kapolri ke-5 sejak 1968 hingga 1971.

Masih dituturkan Suhartono, salah seorang anak Hoegeng yang bernama Didit mengatakan buku besar yang ditulis ayahnya sering dibacakan untuk anak-anaknya.

"Dengan demikian kita bisa belajar dan memahami apa yang sudah kita lakukan dan kerjakan setiap saat. Itu ajaran Papi," kata Didit.

Sayangnya, buku besar itu tak bisa diselamatkan. Buku-buku tersebut kehujanan dan akhirnya rusak saat Hoegeng pindah rumah dari Jalan Madura, Menteng, menuju rumahnya di Depok, Jawa Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com