Apalagi sebelumnya Jokowi menyatakan bahwa mereka tidak perlu berkantor setiap hari di istana.
"Pekerjaan mereka hanya memberikan opini dan pendapat saja. Kalau hanya itu, lebih baik Presiden dibantu ahli-ahli yang tak diikat jam kerja, cukup diikat kode etik, tidak perlu diberikan kompensasi puluhan juta," kata Refly di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, pada 24 November 2019.
Baca juga: Diingatkan Lapor LHKPN, Staf Khusus Presiden Kritik KPK
Pendapat berbeda disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Gajah Mada (UGM), Mada Sukmajati. Menurut dia, Presiden memerlukan ide-ide, gagasan-gagasan yang segar, kreatif dan inovatif.
"Hal itu karena Jokowi ingin mempercepat realiasi dari program-program di periode kedua ini," ujar Mada saat dihubungi Kompas.com.
Berikutnya, Jokowi ingin memberikan pesan kepada para politisi serta partai-partai pendukungnya, bahwa pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya sangat poitik, subyektif, serta jangka pendek, dapat diimbangi dengan pertimbangan-pertimbangan yang non-politik, out of the box, dan jangka panjang.
"Diharapkan datang dari para staf khusus presiden yang milenial tersebut," imbuhnya.
Menanggapi kritikan, Angkie menyangkal, bahwa staf khusus milenial hanya dianggap pajangan. Sebab, menurut dia, selama ini mereka selalu membuat program-program berdasarkan permasalahan konkret.
"Kami di kelompok milenial bikin program berangkat dari masalah. Datanya yang paling kuat sehingga kami bentuk program," kata Angkie.
"Itu bisa terlihat kami satu visi apa enggak. Karena kami tahu tagline pemerintah saat ini adalah 'SDM unggul Indonesia maju'," ujarnya.
Baca juga: Saat Presiden Ajak Dua Staf Khusus Milenial Kunjungan Kerja...
Sementara itu, Aminuddin menyatakan bahwa ia tidak pernah berpikir soal gaji yang akan diterima saat ditawari untuk membantu Presiden Joko Widodo. Ia juga meyakini enam rekannya yang juga staf khusus dari kalangan milenial memiliki sikap yang sama.
"Saya tidak pernah mempersoalkan gaji. Kami waktu ditawari menjadi staf khusus, tidak pernah ada pertanyaan berapa gajinya," kata Aminuddin dalam wawancara khusus dengan Kompas.com.
Usai banjir kritikan, Presiden pun menjawabnya dengan membawa para staf khusus itu di dalam kunjungan kerja ke daerah.
Seperti saat kunjungan kerja ke Subang, Jawa Barat, untuk melihat program Mekaar binaan Permodalan Nasional Madani (PNM), dimana saat itu Presiden mengajak Putri Tanjung dan Andi Taufan.
Tak sampai sana, mereka juga bertemu dengan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki untuk membahas tantangan pengembangan produk UMKM agar dapat bersaing secara global.
Baca juga: Staf Khusus Milenial Jokowi Kerja Bareng, Tak Ada Pembidangan
Terbaru, Adamas Syah Belva Devara mendampingi Presiden ketika melakukan kunjungan kerja ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Hingga kini para staf khusus tersebut masih bertugas sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai teman diskusi Presiden seperti disampaikan oleh salah seorang staf khusus Presiden, Ari Dwipayana sebelumnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.