Aparat gabungan TNI-Polri kembali melakukan kontak tembak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB pimpinan Puron Wenda di wilayah Distrik Balingga, Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Kontak tembak terjadi minggu 1 Desember yang merupakan hari pergerakan papua merdeka.
Dari kontak tembak tersebut aparat gabungan TNI-Polri berhasil merebut sepucuk senjata jenis revolver dan menewaskan 2 anggota KKB.
Kejadian berawal dari laporan masyarakat tentang keberadaan KKB kepada aparat TNI-Polri yang sedang melakukan bakti sosial bagi-bagi sembako dengan masyarakat setempat. Aparat gabungan menyisir lokasi yang dilaporkan warga yang disambut tembakan dari KKB.
#KKB #OPM #KontakSenjata
Jangan lewatkan live streaming Kompas TV 24 jam non stop di https://www.kompas.tv/live. Supaya tidak ketinggalan berita-berita terkini, terlengkap, serta laporan langsung dari berbagai daerah di Indonesia, yuk subscribe channel youtube Kompas TV. Aktifkan juga lonceng supaya kamu dapat notifikasi kalau ada video baru.
Media social Kompas TV:
Facebook: https://www.facebook.com/KompasTV
Instagram: https://www.instagram.com/kompastv
Twitter: https://twitter.com/KompasTV
LINE: https://line.me/ti/p/%40KompasTV
Dia memperinci, 40 hingga 45 persen anggaran daerah terkuras untuk pelaksanaan pilkada.
Bahkan, ada beberapa kepala daerah yang mengungkapkan kepadanya bahwa dua hingga tiga tahun setelah pilkada sulit menerjemahkan visi dan misi pemerintah pusat.
"Beberapa kepala daerah bilang jika setelah melaksanakan pilkada yakni sekitar dua hingga tiga tahun itu, APBD itu sulit untuk terjemahkan visi misi pemerintah, karena anggaran habis," tutur Akbar.
Akbar lantas menggambarkan konstruksi APBD daerah yang setiap tahunnya lebih banyak diperuntukkan untuk biaya rutin.
Baca juga: Tito Minta Polemik Pilkada Langsung dan Tak Langsung Dihentikan
"Hampir 70-75 persen habis untuk rutin. Sisa 25 persen untuk belanja modal. Bisa dibayangkan jika pilkada langsung bagaimana," tutur Akbar.
Sementara itu, lanjut dia, anggaran yang dikeluarkan oleh pasangan calon kepala daerah pun besar.
Rata-rata paslon yang mengikuti pilkada harus menyiapkan dana sekitar Rp 20 miliar.
"Untuk paslon itu sendiri mungkin rata-rata minimal sekitar Rp 20 miliar habis untuk pilkada," tambah Akbar.
Mendagri Tito Karnavian mengatakan salah satu alasan dirinya mengusulkan evaluasi pilkada secara langsung adalah karena biaya politik yang tinggi.
Tito menjelaskan, biaya politik mahal itu mulai dari dana yang dikeluarkan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD).
Baca juga: Kata Ketua MPR Bamsoet, 826 Pasangan Suami Istri Cerai gara-gara Pilkada Langsung
Selain itu, calon kepala daerah juga mengeluarkan biaya tinggi. Sebab, tidak ada yang gratis dalam pilkada langsung.
Ia mencontohkan, seorang calon bupati bisa mengeluarkan biaya sebesar Rp 30 miliar untuk ikut pilkada.
"Untuk jadi bupati kalau enggak punya Rp 30 miliar, enggak berani," kata Tito di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/11/2019) lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.