"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan Presiden'," kata Jimly.
Habibie menghormati keputusan dari Soeharto dan bersedia menerima jabatan itu.
"Saya mengharapkan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama dapat keluar dari krisis yang sedang kita hadapi, yang hampir melumpuhkan berbagai sendi-sendi kehidupan bangsa," pidato pertama BJ Habibie sebagai presiden di Istana Merdeka.
Baca juga: Cerita dari Rumah Habibie Setelah Tahu Soeharto Ingin Mundur
Habibie jadi Presiden RI setelah pagi harinya Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan presiden di Istana Merdeka. Habibie mengucapkan sumpah untuk jadi presiden yang baru dan meminta dukungan dari lapisan masyarakat.
Sejak saat itu, tonggak estafet kepemimpinan berada pada pundak BJ Habibie. Banyak orang yang menilai, keduanya seperti sosok ayah dan anaknya dan dikenal karena dekat dan saling mempercayai.
Kedekatan antara Soeharto dan Habibie memang sudah lama. Sosok yang terpaut usia 15 tahun itu sudah menjalin pertemanan ketika ayah Habibie, Abdul Jalil Habibie dipromosikan menjadi Kepala Pertanian Indonesia Timur hijrah ke Ujungpandang (sekarang Makassar) bersama istri dan delapan anak-anaknya pada tahun 1948.
Kediaman keluarga Habibie di Jalan Maricaya (Klapperland) itu di seberang jalan Markas Pasukan Brigade Mataram yang dipimpin Letkol Soeharto.
Kedekatan ini menjadikan mereka akrab, bahkan ketika Alwi Abdul Jalil Habibie mengembuskan napas terakhir akibat serangan jantung, saat itu disaksikan Soeharto. Letkol Soeharto sendiri yang menutup kelopak mata ayah Habibie.
Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 22 Mei 1998, hubungan keduanya yang lebih intens dimulai pada 1974. Habibie yang menjadi Wakil Presiden Direktur Aplikasi Teknologi MBB, Jerman diminta Soeharto untuk kembali ke Tanah Air.
Soeharto menginginkan Habibie membantu pemerintahan, mensukseskan pembangunan dan pengembangan teknologi.
"Pak Harto, saya hanya bisa membuat kapal terbang. Mengapa saya akan diberi tugas begini?" tanya Habibie.
"Kamu bisa membuat kapal terbang, berarti bisa membuat yang lain-lain," timpal Soeharto.
Sejak saat itu, Habibie diangkat menjadi penasihat Presiden RI sekaligus Ketua Divisi Advanced Technology Pertamina sebagai cikal bakal BPPT.
Baca juga: 21 Tahun Lalu, Soeharto Persingkat Kunjungan ke Mesir...
Kedekatan dan kepercayaan Soeharto dibuktikan dengan beberapa jabatan yang diberikan kepada Habibie. Dia dipercaya menjadi Menristek pada 1978 dan menjabat sampai 1998 atau melebihi masa jabatan yang lainnya.
Dibandingkan menteri-menteri lainnya, Habibie tergolong yang lama berada di kabinet.