Salin Artikel

Soeharto dan Habibie, Kisah Kedekatannya dan Peristiwa Saat Malam 20 Mei 1998

Aksi demonstrasi mahasiswa semakin memanas. Puncaknya adalah ketika mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat berhasil menduduki gedung DPR/MPR pada 18 Mei 1998. Mereka mendesak Soeharto segera melepaskan jabatannya sebagai presiden.

Presiden Soeharto saat itu memang terdesak. Rencananya untuk membuat pemerintahan transisi yang tergabung dalam Komite Reformasi sulit terwujud. Padahal, Komite Reformasi diharapkan dapat memuluskan proses pengunduran diri Soeharto setelah pemilu digelar.

Langkah ini juga dibarengi oleh kesepakatan 14 menteri dalam Deklarasi Bappenas yang tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi. Mereka juga tidak bersedia bergabung dalam Kabinet Reformasi hasil reshuffle dan menuntut Soeharto mundur.

Merasa terpukul dan tak menduga mendapatkan sikap seperti itu, akhirnya Soeharto resmi mengundurkan diri dari kursi Presiden pada 21 Mei 1998.

Tepat pukul 09.00 WIB, Soeharto yang mengenakan safari gelap dan berpeci mulai membacakan surat pengunduran diri.

Melalui pernyataan itu, akhirnya tumbanglah Orde Baru yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun lamanya.

Setelah itu, Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie ditunjuk untuk menggantikan Soeharto dalam memimpin Indonesia.

Malam yang menentukan

Soeharto tentu tidak begitu saja menyerahkan jabatannya kepada BJ Habibie. Sejumlah pertimbangan dimiliki Soeharto setelah bertemu sejumlah orang pada 20 Mei 1998 malam. Namun, Soeharto tidak bertemu Habibie.

Dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto yang ditulis adik Soeharto, Probosutedjo, Habibie memang sempat menelepon kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta. Ketika itu, Habibie menyatakan ingin bertemu.

Namun, Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursjid yang menerima telepon Habibie menyatakan bahwa Presiden memang enggan ditemui siapa pun.

Habibie sendiri bermaksud bertemu Soeharto setelah sejumlah menteri berkumpul di rumahnya dan bermaksud mundur dari jabatannya. Hal ini dikisahkan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie yang ada di kediaman Habibie.

"Malamnya saya mendampingi Pak Habibie menerima para menteri yang mengundurkan diri yang dipimpin oleh Menko Pak Ginandjar Kartasasmita," ujar Jimly saat membuka acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Jakarta, pada 21 Mei 2018.

Setelah para menteri datang dan menyatakan pengunduran diri, Habibie langsung menyuruh ajudannya menelpon ajudan Presiden Soeharto. Malam itu juga, Habibie meminta waktu untuk bertemu Pak Harto.

Namun, ungkap Jimly, telepon itu diserahkan ajudan Pak Harto kepada Menteri Sekretaris Kabinet Saadillah Mursjid.

"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan Presiden'," kata Jimly.

Habibie menghormati keputusan dari Soeharto dan bersedia menerima jabatan itu.

"Saya mengharapkan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama dapat keluar dari krisis yang sedang kita hadapi, yang hampir melumpuhkan berbagai sendi-sendi kehidupan bangsa," pidato pertama BJ Habibie sebagai presiden di Istana Merdeka.

Sejak saat itu, tonggak estafet kepemimpinan berada pada pundak BJ Habibie. Banyak orang yang menilai, keduanya seperti sosok ayah dan anaknya dan dikenal karena dekat dan saling mempercayai.

Kedekatan antara Soeharto dan Habibie memang sudah lama. Sosok yang terpaut usia 15 tahun itu sudah menjalin pertemanan ketika ayah Habibie, Abdul Jalil Habibie dipromosikan menjadi Kepala Pertanian Indonesia Timur hijrah ke Ujungpandang (sekarang Makassar) bersama istri dan delapan anak-anaknya pada tahun 1948.

Kediaman keluarga Habibie di Jalan Maricaya (Klapperland) itu di seberang jalan Markas Pasukan Brigade Mataram yang dipimpin Letkol Soeharto.

Kedekatan ini menjadikan mereka akrab, bahkan ketika Alwi Abdul Jalil Habibie mengembuskan napas terakhir akibat serangan jantung, saat itu disaksikan Soeharto. Letkol Soeharto sendiri yang menutup kelopak mata ayah Habibie.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 22 Mei 1998, hubungan keduanya yang lebih intens dimulai pada 1974. Habibie yang menjadi Wakil Presiden Direktur Aplikasi Teknologi MBB, Jerman diminta Soeharto untuk kembali ke Tanah Air.

Soeharto menginginkan Habibie membantu pemerintahan, mensukseskan pembangunan dan pengembangan teknologi.

"Pak Harto, saya hanya bisa membuat kapal terbang. Mengapa saya akan diberi tugas begini?" tanya Habibie.

"Kamu bisa membuat kapal terbang, berarti bisa membuat yang lain-lain," timpal Soeharto.

Sejak saat itu, Habibie diangkat menjadi penasihat Presiden RI sekaligus Ketua Divisi Advanced Technology Pertamina sebagai cikal bakal BPPT.

Lingkaran Orde Baru

Kedekatan dan kepercayaan Soeharto dibuktikan dengan beberapa jabatan yang diberikan kepada Habibie. Dia dipercaya menjadi Menristek pada 1978 dan menjabat sampai 1998 atau melebihi masa jabatan yang lainnya.

Dibandingkan menteri-menteri lainnya, Habibie tergolong yang lama berada di kabinet.

Kisah lain antara Soeharto dan Habibie juga pernah diceritakan oleh para staf kepresidenan. Ketika itu Soeharto dan para menteri berekreasi memancing, usai peresmian pabrik pulp PT Kiani Kertas di Kalimantan Timur, Agustus 1997.

Semua menteri tampaknya siap dengan pakaian santai untuk acara itu kecuali Habibie yang mengenakan safari.

Melihat itu Soeharto dengan serta-merta meminjamkan bajunya. Dari perahu-perahu yang disediakan, Habibie pun berada pada satu perahu dengan Soeharto.

Selain itu ada kisah lain mengenai perlakuan Soeharto pada Habibie. Bila menghadap Soeharto, Habibie selalu ditempatkan pada deretan paling akhir agar tidak mengganggu jadwal kegiatan menteri atau tamu lainnya. Sebab, menurut laporan, pembicaraan antara keduanya memakan waktu yang lama.

Hubungan keduanya sempat dikabarkan renggang saat Soeharto memasuki masa-masa genting, terutama Mei 1998. Apalagi, menurut Probosutedjo, Soeharto sempat kecewa atas sikap Habibie di masa-masa akhir pemerintahannya.

Soeharto terkejut saat tahu Habibiemenyatakan bersedia menggantikannya sebagai presiden. Soeharto mengeluhkan sikap Habibie. Ia tak habis pikir Habibie berubah dalam tempo singkat.

Sebelumnya, berdasarkan penuturan Probosutedjo, Habibie menyatakan tak sanggup menjadi presiden.

"Ini membuat kakak saya sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak mau menegur atau bicara dengan Habibie," ungkapnya.

Meski demikian, pada akhirnya Soeharto tetap mempercayakan jabatannya diemban oleh Habibie. Selain faktor konstitusi, tentunya Soeharto memiliki kepercayaan hingga menyerahkan jabatan kepada orang nomor dua di Indonesia saat itu.

Habibie akhirnya diangkat menjadi presiden pada 11 Maret 1998. Ini sekaligus menandakan era baru, awal Indonesia pasca-rezim Orde Baru.

Artikel tentang kejatuhan Soeharto dapat Anda ikuti dalam liputan khusus Kompas.com: VIK: Kejatuhan (daripada) Soeharto.

https://nasional.kompas.com/read/2019/05/22/03110041/soeharto-dan-habibie-kisah-kedekatannya-dan-peristiwa-saat-malam-20-mei-1998

Terkini Lainnya

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke