Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

Pemilu 2019 dalam Pusaran Hoaks, Bukti Lemahnya Literasi Digital?

Kompas.com - 23/04/2019, 13:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Syahrier Firmansyah Wakid & Budy Sugandi

SELAMA masa Pemilihan Presiden 2019 ini, hoaks bertebaran di mana-mana. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengidentifikasi sebanyak 771 hoaks sepanjang Agustus 2018 hingga Februari 2019. Angka ini terus meningkat hingga hari pemilihan 17 April 2019.

Hoaks atau fake news telah menjadi fenomena global. Frasa ini menjadi terkenal semenjak pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016.

Saat itu, calon presiden Donald J Trump--yang kemudian terpilih menjadi presiden--mengeluarkan frasa tersebut ketika diwawancarai oleh salah satu media.

Dia juga akhirnya sering menggunakan frasa tersebut di media sosial miliknya, terutama di akun Twitter Trump @realDonaldTrump (Silverman, 2018).

Dia mungkin memopulerkan istilah hoaks, tetapi jauh sebelum Donald Trump, konsep hoaks telah ada sejak lama (Posetti & Matthews, 2018).

Ternyata hoaks sendiri telah beredar sejak Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak pada 1439 (Posetti & Matthews, 2018). Hoaks pada masa itu bahkan lebih berbahaya daripada di era digital dan internet seperti sekarang ini. Akibatnya, hoaks yang beredar sulit diverifikasi.

Sementara itu, menurut peneliti Lynda Walsh dalam sebuah buku berjudul Sins Against Science, hoaks sendiri adalah istilah bahasa Inggris yang mulai masuk sejak era industri atau sekitar 1808 (Castagnaro, 2009).

Namun, kata hoaks itu sendiri diyakini telah ada dan muncul ratusan tahun sejak zaman kekaisaran Romawi, sebagaimana terjadi pada kisah Mark Antony dan Ratu Cleopatra (Sirianni, 1984, dan MacDonald, 2018).

Akibat kurang literasi digital?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) (Dizikes, 2018), ternyata hoaks menyebar lebih cepat dari pada berita yang benar.

Tidak usah jauh-jauh ke Amerika, selama berlangsung Pemilu 2019 di Indonesia ini begitu banyak tersebar hoaks di seluruh media digital.

Di Indonesia sendiri, hoaks sangat mudah sekali tersebar. Hal ini munhkin dipengaruhi oleh rendahnya tingkat literasi kita terutama literasi digital.

Hasil laporan PISA 2015 tentang kemampuan anak-anak Indonesia di bidang sains, membaca, dan matematika dibandingkan negara-negara lain berada di poisisi 10 besar dari bawah.

Yang lebih memprihatinkan lagi, data UNESCO menyebutkan minat baca orang Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, jika ada 1.000 orang Indonesia berkumpul hanya 1 orang yang rajin membaca.

Padahal, kemampuan ini krusial di era serba cepat sekarang. Termasuk literasi digital, yang merupakan kemampuan untuk mengolah memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com