Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Korsel, Megawati Paparkan Semangat Pancasila untuk Perdamaian Dunia

Kompas.com - 01/06/2017, 11:13 WIB
Bayu Galih

Penulis

JEJU, KOMPAS.com - Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri memperkenalkan Pancasila sebagai gagasan untuk perdamaian dunia, saat menjadi pembicara kunci dalam Jeju Forum for Peace and Prosperity di Jeju, Korea Selatan, Kamis (1/6/2017).

Awalnya, Megawati mengatakan bahwa semangat bangsa Asia dan Afrika dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia terlihat sejak Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955.

Ketika itu, para pemimpin terdahulu di Asia-Afrika sudah menyatukan langkah meskipun memiliki banyak perbedaan.

"Ini saat yang tepat untuk belajar dari Konferensi Asia-Afrika, belajar dari pendahulu, bahwa keragaman tidak bisa dijaga tanpa kebersamaan," kata Megawati.

(baca: Jokowi: Selamat Hari Lahir Pancasila)

Megawati melanjutkan, Indonesia menjadi motor untuk persatuan bangsa di Asia dan Afrika karena memiliki dasar yang kuat, yang ada sejak Indonesia merdeka.

Prinsip itu adalah Pancasila, gagasan yang dirumuskan berdasarkan pidato Presiden pertama RI Soekarno pada 1 Juni 1945, dalam sidang BPUPKI.

"Pidato 1 Juni itu menjadi prinsip dasar Indonesia, Pancasila, lima sila," tutur Megawati, yang juga putri Soekarno.

(baca: Jokowi: Takdir Tuhan untuk Kita adalah Keberagaman)

Megawati pun memaparkan lima sila tersebut.

Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Menurut Megawati, dengan percaya kepada Tuhan, maka semestinya menjadikan suatu bangsa menghormati perbedaan, menghargai yang lain.

Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan sila ini, maka keadilan dan kesejahteraan merupakan hak bagi semua manusia.

Ketiga, persatuan Indonesia. Dengan sila ini, Megawati mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara nasionalisme dengan semangat internasionalisme.

"Indonesia komitmen keadilan dan kesejahteraan tidak hanya untuk Indonesia tapi juga untuk negara lain," tutur Megawati.

Keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com