Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BKKBN Masih Verifikasi Situasi "Stunting" Terkini di Indonesia

Kompas.com - 26/04/2024, 08:19 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) masih memverifikasi dan memvalidasi data terkait stunting antara hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan Sistem Elektonik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM).

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyebutkan, proses verifikasi dan validasi dilakukan karena kasus stunting yang diperoleh di daerah melalui E-PPGBM tidak sebanyak kasus yang tercatat di SKI.

"Sesuai arahan wakil presiden, terkait data stuntng, agar dipadupadankan dulu antara E-PPGBM dan SKI karena data yang didapatkan dari SKI ketika diterapkan di daerah, presentasenya banyak daerah yang tidak bisa menemukan kasus sebanyak yang ada di dalam SKI," kata Hasto di Kantor BKKBN, Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Baca juga: Kurang Gizi Jadi Penyebab Prevalensi Stunting Sulit Turun

Hasto mencontohkan, SKI memproyeksikan ada lebih dari 200.000 kasus stunting di Provinsi Banten.

Sementara, penjabat gubernur Banten melaporkan hanya ada sekitar 2.600 anak stunting di provinsi tersebut berdasarkan pendataan by name by address.

"Maka mencari anak stunting yang selisih data itu menjadi tidak gampang, mana lagi mana lagi? Oleh karena itu, sekali lagi, data itu perlu perlu diverval (verifikasi-validasi) padu padan data itu melakukan verval," kata Hasto.

Ia pun menjelaskan, data-data terkait stunting yang diberikan lewat E-PPGBM didasarkan pada hasil penimbangan.

BKKBN menargetkan, program penimbangan tersebut dapat mencapai 100 persen pada bulan April 2024 sehingga pada bulan Mei 2024 sudah ada data yang valid terkait kondisi stunting di Indonesia.

Baca juga: Wapres Sebut Target Penurunan Stunting Akan Dievaluasi

Diberitakan sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin Ma'ruf Amin mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2023 hanya turun 0,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Laporan dari Menteri Kesehatan menyatakan bahwa hasil survei kesehatan Indonesia, prevalensi stunting tahun 2023 adalah sebesar 21,5, hanya turun 0,1 persen dari tahun 2022," kata Ma'ruf dalam rapat di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Ma'ruf lantas mengatakan, penurunan tersebut tidak sesuai dengan target pemerintah menurunkan angka stunting di kisaran tiga persen.

Merespons data tersebut, Ma'ruf menginstruksikan adanya penimbangan dan pengukuran balita secara serentak untuk memetakan prevalensi stunting di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com