Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sjamsoe'oed Sadjad Tidak Putus Berbagi Pengetahuan

Kompas.com - 25/06/2009, 05:39 WIB

Oleh: Ninuk Mardiana Pembudy

KOMPAS.com- Rumah kediaman Prof Emeritus Dr Ir Sjamsoe’oed Sadjad MSc di kompleks kampus Institut Pertanian Bogor di Darmaga, Bogor, Jawa Barat, kelihatan unik. Di halaman depan tumbuh rumpun bambu yang batangnya melengkung menaungi jalan di depan rumah. Dia tidak mengubah sedikit pun bentuk rumah yang desainnya dibuat Presiden Soekarno ketika merancang kampus perguruan tinggi pertanian yang cikal bakalnya dari Universitas Indonesia itu.

Prof Sadjad (78) tinggal sendiri di sana setelah istrinya meninggal dunia tahun 2000 dan keempat anaknya (satu meninggal dalam bencana tsunami di Aceh tahun 2004) hidup mandiri. Satu cucunya yang belajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) tinggal bersama Prof Sadjad dan sedang praktek lapang.

Seekor kucing hitam menemani keseharian ahli benih ini. Tukang kebun dua hari sekali mengurus tanaman rimbun di sekeliling halaman dan tukang masak datang untuk memasak dan membereskan rumah setiap hari.

Meskipun pionir dalam ilmu dan teknologi benih di Indonesia—dia memimpin laboratorium benih IPB mulai 1 Januari 1964—tetapi pembaca Harian Kompas mengenal Prof Sadjad melalui pikirannya yang menyentuh berbagai aspek pertanian: sosial, ekonomi, dan politik. Tulisan pertamanya di Kompas, tahun 1977, tentang peran para pengelola air.

"Saya tidak pernah berhenti menyampaikan paradigma saya. Sebagai ilmuwan saya teknolog, tetapi pikiran saya yang divergen tidak dibatasi tembok laboratorium,” kata Prof Sadjad.

Dia memilih media massa sebagai sarana menyampaikan pikirannya. Minat dan perhatiannya luas karena ketika belajar di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, Prof Sadjad harus menulis empat skripsi: dua skripsi mayor bidang politik pertanian dan agronomi serta dua skripsi minor di bidang  usaha tani dan peternakan.

Petani sebagai industriawan
Menurut Prof Sadjad, pertanian harus dilihat sebagai proses industri karena dalam mengolah lahan, petani melakukan sistem manajemen dan memerlukan aset. yaitu tanah yang bisa hak milik atau sewa, modal, dan proses yang menghasilkan produk. Nyatanya, petani tidak pernah diajar memiliki mental industriawan. Dan dia mengakui, pada dirinya pun pemikiran itu datang belakangan.

Petani industriawan?
Petani perlu memiliki mental sebagai industriawan agar dapat meningkatkan sendiri kesejahteraannya dengan memproses hasil pertanian untuk mendapat nilai tambah.
Pertanian selalu dianggap tidak punya kredibilitas dengan alasan risikonya tinggi dan hasilnya kecil.

Kredit pertanian memang dikucurkan pemerintah, tetapi sifatnya tidak mendidik, tidak persuasif. Hasilnya, petani terus mengharapkan bantuan, subsidi, dana hibah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com