Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT POLITIK

Menlu Retno Paparkan Data Diplomasi Ekonomi Bawa Banyak Keuntungan untuk RI

Kompas.com - 06/01/2024, 14:16 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan kementeriannya berkolaborasi dengan kementerian lain, seperti Kementerian Investasi/BKPM dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan melakukan sejumlah gebrakan dalam diplomasi ekonomi yang membawa dampak besar bagi perekonomian Indonesia pada dua tahun terakhir.

Adapun gebrakan pertama yakni diplomasi ekonomi terkait ekspor perdagangan ekonomi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Retno mengatakan, berdasarkan data Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang berhasil dihimpun, pada Januari hingga November 2023, perdagangan ekspor Indonesia mencapai 439,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS).

"Tren ekonomi perdagangan ekspor Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat sehingga (Indonesia) mengalami surplus. Demikian juga investasi makin banyak yang masuk," ujar Retno dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (6/1/2024).

Baca juga: Menlu Retno Marsudi: Indonesia Tak Akan Menyerah Perjuangkan Kemerdekaan Palestina

Langkah lain dari kebijakan diplomasi ekonomi Indonesia juga terlihat pada penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali 2022.

Pada KTT G20 Bali, Kemenlu melakukan langkah out of the box dengan membuat daftar proyek yang dikerjasamakan.

Retno juga mengatakan langkah serupa dilakukan pada KTT ke-43 ASEAN di mana melalui ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), RI berhasil memperoleh 93 proyek dengan nilai 38,2 miliar dollar AS.

Gebrakan diplomasi ekonomi lain yang dilakukan Kemenlu adalah melalui perundingan demi mengurangi hambatan-hambatan perdagangan Indonesia.

Baca juga: Retno Marsudi Sebut Menlu Anggota BRICS Dekati Indonesia dan Ajak Bergabung

Salah satunya, perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) terkait diskriminasi produk-produk Indonesia, seperti kelapa sawit dan juga terkait hilirisasi industri.

Indonesia sendiri terus memperjuangkan terkait hilirisasi untuk seluruh produk berbahan minyak sawit yang ditentang Eropa karena dianggap merusak lingkungan.

Faktanya minyak sawit lebih ramah dari sisi lingkungan dibandingkan bunga matahari dan kanola yang banyak ditanam negara Eropa untuk pembuatan minyak goreng.

Adapun pohon sawit bisa bertahan hidup selama 25 tahun, bahkan 30 tahun. Sementara, bunga matahari setiap enam bulan harus dipanen. Saat itu tanaman bunga matahari atau kanola harus ditebang habis dan ditanam ulang.

Baca juga: Menlu Retno Marsudi Bakal Lakukan 13 Pertemuan Bilateral, Termasuk dengan Rusia

Kebijakan Indonesia yang membuat geram Eropa yakni ketika Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel sejak 2020.

Kebijakan tersebut diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan nilai tambah untuk negara.

Jokowi mengatakan bahwa nilai tambah nikel RI telah melonjak menjadi sekitar 30-33 miliar dollar AS atau setara Rp 450 triliun pada 2022 dari sebelumnya saat masih mengekspor bijih nikel hanya sekitar 1,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 17 triliun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com