Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. (HC) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa
Pengamat Dunia Maritim

Pengamat Dunia Maritim

Kedaulatan Maritim Indonesia

Kompas.com - 20/12/2023, 11:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ÍNDONESIA dengan kekhasan geografisnya yang memuat 17.504 pulau, telah lama diakui sebagai bangsa maritim. Kedaulatan maritim Indonesia memiliki akar yang dalam sejak zaman Nusantara, di mana kepulauan ini menjadi pusat peradaban maritim yang kaya.

Sistem pelayaran Majapahit pada abad ke-14 menjadi bukti nyata atas posisi unggul Indonesia sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara.

Kejayaan Majapahit tidak hanya mencakup wilayah daratan, tetapi juga melibatkan dominasi maritim yang kuat di perairan Nusantara.

Sebagai pusat perdagangan dan kekuatan laut utama, Majapahit membangun dan mengelola sistem pelayaran yang efisien, mendukung pertukaran budaya, barang, dan pengetahuan di seluruh kepulauan.

Bahkan sebelum gemilangnya Majapahit, Kerajaan Sriwijaya di Sumatera memainkan peran kunci dalam mempertahankan kedaulatan maritim di perairan Nusantara.

Dengan lokasinya yang strategis di jalur perdagangan internasional, Sriwijaya berhasil mengendalikan jalur pelayaran utama dan memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan maritim.

Dari sejarah ini pula membuktikan bahwa kapal, sebagai unsur utama dalam sistem pelayaran, memegang peran sentral dalam kedaulatan Indonesia.

Dengan peran ganda sebagai sarana transportasi vital dan alat pertahanan, kapal menjadi tulang punggung konektivitas antarwilayah dan keamanan perairan nasional.

Peran kapal dalam kedaulatan maritim

Keterkaitan historis antara kejayaan Majapahit, peran strategis Sriwijaya, dan peran sentral kapal dalam kedaulatan maritim menciptakan narasi kuat tentang pentingnya laut bagi identitas dan perkembangan Indonesia sebagai negara kepulauan.

Sehingga dengan konsep "samudera" atau laut, memiliki peran yang mendalam dalam budaya maritim Nusantara.

Maka laut bukan sekadar batas geografis, melainkan inti dari kehidupan masyarakat pesisir. Sistem perdagangan samudera, yang melibatkan pelayaran antarpulau dan antarnegara, telah menjadi pondasi utama kedaulatan maritim di wilayah Indonesia.

Sejak zaman dahulu, para pelaut Indonesia menjelajahi samudera dengan keberanian dan keterampilan mereka, membentuk jaringan perdagangan yang luas dan mendalam. Nilai-nilai seperti keberanian, ketahanan, dan kerja sama terpatri dalam keberlangsungan sistem maritim ini.

Dalam perspektif kapal, keberadaannya mencerminkan hubungan erat antara manusia dan laut, menunjukkan peranan strategisnya dalam memelihara keamanan dan kesejahteraan Indonesia.

Kapal-kapal ini tidak hanya mengangkut barang dan penumpang, tetapi juga menjalankan fungsi penting dalam pertahanan negara.

Melalui armada lautnya, Indonesia memperkuat posisi sebagai kekuatan maritim di kawasan, menjaga kedaulatannya, dan menjalin kerja sama dengan negara-negara tetangga.

Oleh karena itu, kapal tidak hanya menjadi alat transportasi, tetapi juga simbol kekuatan, keberanian, dan persatuan dalam menghadapi tantangan di lautan yang luas.

Oleh karenanya, peran Indonesia sebagai pusat perdagangan yang vital selama berabad-abad, karuan saja memikat perhatian bangsa asing seperti Arab, China, India, dan Eropa.

Kehadiran pedagang dari berbagai belahan dunia ini mencerminkan pentingnya peran maritim Indonesia dalam jaringan perdagangan global.

Tidak semata kedaulatan pangan

Indonesia saat ini menghadapi dinamika kompleksitas global dan mengidentifikasi peningkatan kedaulatan pangan, energi, dan ekonomi sebagai strategi krusial untuk mengatasi tantangan keamanan dan ketahanan nasional.

Dalam konteks kedaulatan ekonomi, menguasai kapal-kapal menjadi aspek penting, terutama dalam mengelola transportasi bahan kebutuhan primer dan sekunder yang mencapai ribuan ton.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com