JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Romo Magnis Suseno menyinggung soal kondisi demokrasi Indonesia yang kian merosot menjadi oligarki dan dinasti politik.
Hal tersebut disampaikannya saat berbicara pada acara Gagas RI Episode 5 yang bertajuk Etika Indonesia dalam Tantangan di Studio I Kompas TV pada Senin (23/10/2023).
Mula-mula, Romo Magnis menyinggung soal kekhawatirannya dengan kondisi demokrasi di Indonesia. Padahal, demokrasi saat ini merupakan buah dari gerakan reformasi pada 25 tahun lalu.
"Demokrasi kita merosot menjadi oligarki dan dinasti. Korupsi belum pernah sebesar sekarang," ujar Magnis.
Baca juga: Romo Magnis: Bharada E Orang Kecil, Tak Bisa Bantah Perintah Sambo
Dia lantas menjelaskan, berdasarkan data yang dicatatnya, dalam 20 tahun terakhir ada 13 menteri tersangkut kasus korupsi.
Selain itu, ada pula 429 kepala daerah, 344 anggota DPR dan DPRD hingga 349 pejabat eselon I hingga IV yang juga tersangkut kasus korupsi.
"Itu betul-betul terlalu banyak. Kok orang mewakili rakyat itu tersangkut korupsi itu, tidak benar itu," katanya.
Romo Magnis pun mempertanyakan, apa yang terjadi dalam reformasi sehingga mengakibatkan kondisi tatanan demokrasi dan pemerintahan Indonesia menjadi seperti sekarang.
Dia pun mengajak masyarakat waspada agar demokrasi dan reformasi yang sudah berjalan tidak semakin buruk karena kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Jangan diizinkan digerogoti dalam pemilu 2024. Pemilu itu akan menentukan bagi masa depan Indonesia. Kita harus kembali di atas dasar etika Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Tanggapi Tudingan Dinasti Politik, Relawan Pro Jokowi: Dilontarkan Lawan Politik yang Takut
Dalam kesempatan itu, Romo Magnis juga mengakui bahwa ada yang gagal dari reformasi. Namun, ada juga suatu hal positif untuk Indonesia.
Sebab, dalam reformasi itu pertama kalinya Indonesia dijadikan sebuah demokrasi. Selain itu, hak asasi manusia dimasukkan dalam undang-undang.
"Sekarang, kita harus selamatkan hasil reformasi. Kita sekarang khawatir, saya juga khawatir," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.