KOMPAS.com – Sejak posko pengungsian bencana gempa bumi Cianjur di Lapangan Cariu, berdiri pada Selasa (22/11/2022), Kementerian Sosial (Kemensos) mulai menyisir dan mendata para pengungsi, salah satunya kelompok penyandang disabilitas.
Kepala Sentra Margo Laras Pati Kemensos Jiwaningsih mengatakan, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengarahkan Kemensos untuk merespons semua kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.
“(Hal) yang harus dilakukan adalah mereka (penyandang disabilitas) terjaga kesehatannya dan terpenuhi kebutuhannya selama di pengungsian. Intinya jangan sampai mereka terlantar," katanya dalam siaran pers, Sabtu (3/12/2022).
Jiwaningsih menjelaskan, dalam penanganan pengungsi penyandang disabilitas, Kemensos melakukan penyisiran ke tenda-tenda pengungsian dan melakukan pendataan.
Kemudian, Kemensos melakukan asesmen komprehensif untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan penyandang disabilitas.
Baca juga: Cegah Air Merembes ke Tenda, Kemensos Pasang 4.500 Palet di Posko Pengungsian Cianjur
Asesmen komprehensif tersebut menjadi dasar tindak lanjut Kemensos dalam memberikan layanan sesuai kebutuhan penerima manfaat.
Kemensos juga berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat untuk mendaftarkan para penyangdang disabilitas ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Ketika sudah terdaftar, penerima manfaat bisa mengakses program pemerintah, seperti Program keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi), dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Salah satu pendang disabilitas yang menerima bantuan dari Kemensos adalah Kevin Arpa (8) yang kini berada di posko pengungsian di Lapangan Cariu, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat.
Walau hanya bisa duduk di pangkuan ibunya, senyum Kevin tampak mengembang ketika Kemensos membangun suasana riang lewat Posko Layanan Dukungan Psikososial (LDP).
Baca juga: Lewat Dapur Kreasi, Kemensos Pulihkan Fungsi Sosial Ekonomi Penyintas Gempa Cianjur
"Dia seneng teh, ikut main sama teman-temannya di tenda sana (tenda LDP), saya pangku. Hampir setiap hari saya gendong ke sana, dia senang walau cuma ngeliat temannya lari-larian," kata Wita Masita (30), ibu Kevin.
Wita mengatakan, perkembangan anaknya tidak seperti anak seusianya sejak usia dua tahun. Pada usia sembilan bulan, Kevin mengalami kejang.
Dia menceritakan, Kevin sempat berhenti terapi sejak pandemi Covid-19 pada dua tahun lalu.
Sebab, kartu BPJS Kesehatannya belum bisa digunakan kembali karena sempat berhenti membayar iuran. Pembayaran terhenti karena kondisi ekonomi keluarganya yang kian sulit.
Selain itu, Kevin harus kehilangan stroller-nya karena hancur tertimpa reruntuhan gempa bumi. Bagi Wita, stroller itu bisa membantu mobilitas Kevin untuk beraktivitas.
Baca juga: Atasi Kecemasan Penyintas Gempa Cianjur, Kemensos Berikan Layanan Dukungan Psikososial