Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indo Barometer: Peluang Gatot Nurmantyo sebagai Capres Kecil

Kompas.com - 02/04/2018, 19:53 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai peluang mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menjadi calon presiden pada Pilpres 2019 terbilang kecil. Hal itu terjadi apabila melihat konstelasi partai politik jelang Pemilu 2019.

"Karena, kalau bicara partai yang berhak mengusung cuma ada 10 hasil pemilu 2014. Dari 10 itu kan, 5 sudah ke Pak Jokowi ada PDIP, Golkar, PPP, Hanura, dan Nasdem, kemudian dua partai lagi itu sudah hampir bulat ke Prabowo, Gerindra dan PKS," kata Qodari kepada Kompas.com, Senin (2/4/2018).

(Baca juga: Gerindra Belum Pastikan Posisi Cawapres Prabowo untuk Gatot Nurmantyo)

Jika merujuk pada PKB, Demokrat dan PAN, Qodari melihat Demokrat cenderung ingin merapat ke barisan pendukung Jokowi. Apabila hanya berharap pada PKB dan PAN, Gatot tak akan bisa diusung sebagai capres karena terbentur dengan persyaratan presidential threshold sebesar 20 persen.

"Jadi kecuali ada sebuah perkembangan yang tidak liniear ya, di luar dugaan proyeksi, Gatot akan sulit mencalonkan diri sebagai presiden," paparnya.

Skenario di luar dugaan itu apabila Prabowo menyatakan tidak maju pada Pilpres 2019. Namun demikian, Gatot tetap akan sulit diusung sebagai capres, mengingat Gerindra ingin perolehan suaranya naik pada Pemilu 2019.

"Supaya naik, kan perlu figur yang populer, nah figur populer itu Pak Prabowo. Kalau Pak Gatot elektabilitasnya masih di bawah Gerindra, agak sulit mengharapkan Gerindra untuk bisa didongkrak oleh Gatot yang elektabilitasnya kecil," ujarnya.

Di sisi lain, PKS juga dinilai merasa nyaman dengan sosok Prabowo. Sebab, PKS telah mengenal dan ikut mengusung Prabowo pada Pilpres 2014.

"Kemungkinan ketiga kalau tiba-tiba Demokrat balik badan lalu kemudian mendukung Gatot. Tapi kerumitan berikutnya adalah, siapa yang menjadi cawapresnya? Kalau Gatot capres siapa wakilnya? Apa AHY (Agus Harimurti Yudhoyono)? Mau enggak si SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)?" katanya.

(Baca juga: PAN Sambut Baik Masuknya Nama Gatot Nurmantyo di Bursa Capres-Cawapres Jelang 2019)

Selain itu, Qodari melihat SBY memiliki kalkulasi politik untuk menang, dan berharap AHY masuk ke dalam jajaran kabinet. Demokrat dinilai juga ingin memiliki rekam jejak sebagai partai pemenang Pemilu 2019, bukan sebagai pihak yang kalah.

"Jadi kalau lihat konstelasinya sebagai capres, itu kecil," katanya.

Memasuki tahun politik, nama Gatot santer disebut dalam berbagai lembaga survei sebagai calon presiden atau wakil presiden.

Hasil survei nasional Poltracking Indonesia menyebutkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dinilai oleh publik sebagai figur yang paling tepat mendampingi Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.

Pada simulasi tujuh kandidat calon wakil presiden untuk Jokowi, Gatot menempati posisi teratas dengan elektabilitas 16,4 persen.

Selain itu, nama Gatot Nurmantyo juga masuk daftar cawapres untuk mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Akan tetapi, Gatot secara tak langsung menyiratkan dirinya akan berkiprah di kancah politik. Melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, ia menyatakan telah memiliki hak untuk dipilih.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com