Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Indonesia Bubar pada 2030 dan Ancaman Polarisasi di Masyarakat

Kompas.com - 28/03/2018, 16:46 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Munculnya wacana Indonesia bubar pada 2030 yang dilontarkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam pidatonya dinilai dapat memperparah polarisasi di masyarakat menjelang Pilkada Serentak 2018 dan Pilpres 2019.

Peneliti Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, Irfan Abubakar menilai, sikap seperti itu merupakan bentuk tidak bijaksananya elite politik jelang Pemilu 2019.

Pernyataan tersebut, kata dia, justru menimbulkan dua kubu besar yang menganggap Indonesia bisa bubar atau bertahan.

"Di situ kita bisa melihat secara semiotik ungkapan tadi memberikan pesan simbolik ke kelompok yang mendukung perubahan rezim," ujar Irfan dalam sebuah diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (28/3/2018).

(Baca juga: Fadli Zon: Pernyataan Prabowo soal Indonesia Bubar pada 2030 Hanya Peringatan)

Irfan menjelaskan, untuk menghadapi sikap tersebut, kelompok masyarakat harus segera sigap melawan narasi yang membentuk polarisasi di kalangan masyarakat.

Ia mencontohkan, sigapnya organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang memberikan pesan-pesan simbolik bahwa Indonesia justru akan semakin berkembang.

"Mereka seolah menyampaikan, 'kami NU-Muhammadiyah bertanggung jawab melanjutkan Indonesia'. Publik menjadi tenang pada waktu itu," kata Irfan.

Irfan mengingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi kontestasi politik yang tak hanya melibatkan elite politik tapi juga masyarakat di akar rumput. Dengan demikian, peranan kalangan moderat bisa mencegah timbulnya polarisasi di masyarakat.

(Baca juga: NU dan Muhamadiyah Yakin Indonesia Tak Bubar pada 2030)

Ia optimistis jika pluralitas yang dimiliki oleh Indonesia dimanfaatkan dengan baik, maka berbagai pernyataan yang menimbulkan polarisasi bisa dicegah.

"Jadi harusnya dengan setting plural kita, agak susah untuk memprovokasi masyarakat untuk kemudian menciptakan satu pengkubuan yang tajam," ucap Irfan.

Sebelumnya, Prabowo Subianto mengungkapkan, pernyataannya soal Indonesia tidak ada lagi pada 2030 didasarkan pada cerita fiksi yang ditulis orang asing.

"Jadi di luar negeri itu ada scenario writing, yang menulis itu ahli-ahli intelijen strategis. Dibuka dong, baca dong," ujar Prabowo di Hotel Millenium, Jakarta, Kamis (22/3/2018).

(Baca: Prabowo Ungkap Pidatonya soal Indonesia Bubar Tahun 2030 atas Kajian Ahli Intelijen)

Prabowo ingin menyampaikan bahwa skenario tersebut sebagai sebuah peringatan bagi Pemerintah Indonesia untuk tidak menganggap enteng berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia, seperti kemiskinan, kesenjangan ekonomi, penguasaan sumber daya, hingga persoalan lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan, masih banyak pihak asing yang hingga kini berusaha mengganggu kedaulatan Indonesia, seperti pada masa penjajahan di masa lalu.

"Sesudah perang kemerdekaan mereka tetap Indonesia mau dipecah dari dulu selalu. Nah ini sekarang masih ada tulisan seperti itu bahwa Indonesia ini oleh ahli masih dianggap tahun 2030 sudah tidak ada lagi," ujar Prabowo.

Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia jangan terlalu lugu akan ancaman pihak luar terhadap kedaulatan Indonesia. Sebab, berbagai kekayaan manusia, sumber daya alam, hingga kebudayaan menjadi sasaran perebutan pihak asing.

Meskipun demikian, ia mempersilakan jika berbagai pihak tak memercayai apa yang ia sampaikan. Ia menilai, hal itu merupakan kewajiban sebagai warga negara untuk mengingatkan negara akan potensi ancaman tertentu.

Kompas TV Menurut Presiden, posisi Indonesia akan terus maju di tahun-tahun mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com