Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aji Chen Bromokusumo
Budayawan

Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan Fraksi PSI dan Anggota Komisi IV DPRD Kota Tangerang Selatan

Polemik Indonesia Bubar 2030 dan Ancaman Nyata Media Sosial

Kompas.com - 22/03/2018, 21:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA hari belakangan berseliweran di linimasa media sosial dan grup-grup Whatsapp bahwa Indonesia ‘diyakini’ akan bubar di tahun 2030. Hah, kok bisa?

Sungguh mengejutkan bin mengagetkan dan membuat was-was, segitunya kah? Penasaran, langsung ubek-ubek sumber dan referensi untuk menelisik lebih jauh dari beberapa sumber yang sahih, reliable, dan layak dipercaya, di antaranya: PwC (Pricewaterhouse Cooper), The Economist, World Bank, World Economic Forum, dan beberapa sumber lain.

Rangkumannya seperti ini: Di tahun 2050, perekonomian 32 negara terkuat di dunia akan mencakup 84 persen dari total global GDP (Gross Domestic Product).

Pertumbuhan ekonomi dunia rata-rata hanya sebesar 3 persen per tahun di periode 2014-2050; ukuran perekonomian membengkak dua kali lipat di tahun 2037 dan tiga kali lipat di tahun 2050.

Secara umum, perekonomian akan melambat setelah tahun 2020 disebabkan pertumbuhan ekspansi ekonomi terpesat yaitu China mulai mencapai titik sustainable untuk jangka panjang, dan usia produktif komposisi penduduk menurun di negara-negara maju. 

Baca juga : Fadli Zon: Pernyataan Prabowo soal Indonesia Bubar pada 2030 Hanya Peringatan

Kekuatan ekonomi global akan terus bergeser dari negara maju di Amerika Utara, Eropa Barat dan Jepang ke arah Asia dalam 35 tahun ke depan.

China sudah melampaui Amerika Serikat di tahun 2014 sebagai perekonomian terkuat dalam hal Purchasing Power Parity (PPP) dan diperkirakan dalam hal Market Exchange Rate (MER) China akan melampaui Amerika Serikat di tahun 2028.

Meksiko dan Indonesia sebagai “pendatang baru” dalam pertumbuhan ekonomi yang pesat akan melampaui Inggris dan Perancis di tahun 2030 dalam hal PPP. Catatan: PPP = Purchasing Power Parity atau Keseimbangan Kemampuan Berbelanja.

GDP in PPP terms
Mengutip Wikipedia: Keseimbangan kemampuan berbelanja, kadang-kadang juga disebut paritas daya beli (bahasa Inggris: purchasing power parity - PPP) dalam ilmu ekonomi adalah sebuah metode yang digunakan untuk menghitung sebuah alternatif nilai tukar antar mata uang dari dua negara.

PPP mengukur berapa banyak sebuah mata uang dapat membeli dalam pengukuran internasional (biasanya dollar), karena barang dan jasa memiliki harga berbeda di beberapa negara.

Baca juga : Prabowo Ungkap Pidatonya soal Indonesia Bubar Tahun 2030 atas Kajian Ahli Intelijen

 

Nilai tukar PPP digunakan dalam perbandingan internasional dari standar hidup. PDB sebuah negara awalnya dihitung dalam mata uang lokal, jadi perbandingan antara dua negara membutuhkan konversi mata uang.

Perbandingan menggunakan nilai tukar nyata dianggap tidak nyata, karena mereka tidak merefleksikan perbedaan harga antar negara. Perbedaan antara PPP dan nilai tukar nyata bisa berbeda banyak. Simak penjelasan di sini.

Secara singkat PPP dapat disebut sebagai: daya beli satu negara.

IMF WEO Database GDP at PPP Rangkings
Dalam tabel di atas terlihat bahwa China sejak tahun 2014 sudah menjadi ekonomi terkuat dalam hal PPP dengan proyeksi India akan menjadi nomor 2 di tahun 2050.

Walaupun demikian, gap antara negara maju lama (well established large economies) dengan negara maju pendatang baru (new striking emerging economies, saya tidak menggunakan istilah ‘negara berkembang’) akan tetap cukup lebar dikarenakan jauhnya perbedaan GDP.

Indonesia dan Nigeria mengejutkan dunia dengan melesatnya dua negara ini. Indonesia dari posisi 9 di tahun 2014 menjadi posisi 4 di tahun 2050, dan Nigeria lebih menggebrak dari posisi 20 di tahun 2014 menjadi posisi 9 di tahun 2050.

Sementara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan real GDP 2014-2050 dapat dilihat di figur di bawah ini: (Indonesia nomor 4!)

IMF for 2014 estimates, PwC Projections for 2050 Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan real GDP 2014-2050

Kita mengenal istilah G7, yaitu tujuh negara maju: Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Perancis, Italia dan Kanada.

Sementara ada juga E7 yaitu tujuh negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi dan terpesat di dunia: China, India, Brazil, Rusia, Indonesia, Meksiko dan Turki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com