Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPS: Tiga Tahun Terakhir, Masyarakat Semakin Membenci Korupsi

Kompas.com - 22/02/2016, 14:16 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Angka Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia pada 2015 menurun dari tahun sebelumnya. Jika pada 2014 sebesar 3,61, pada 2015 menjadi 3,59. Nilai indeks yang semakin mendekati 5 menunjukkan bahwa perilaku masyarakat semakin anti-korupsi.

Sebaliknya, nilai IPAK yang semakin mendekati nol menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin permisif terhadap korupsi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin menjelaskan, IPAK disusun berdasarkan dua dimensi utama, yaitu indeks persepsi dan indeks pengalaman. Terdapat fenomena menarik di sini.

(Baca: Saut Situmorang Anggap Berita soal Korupsi Pengaruhi Indeks Korupsi Negara)

Jika dilihat dari indeks persepsi, terdapat peningkatan dalam tiga tahun terakhir yakni dengan rincian 3,66 pada tahun 2013, 3,71 pada tahun 2014, dan 3,73 pada tahun 2015. 

Sebaliknya, indeks pengalaman justru menurun yakni 3,58 pada 2013, 3,49 pada 2014, dan 3,39 pada 2015. Hal tersebut berarti masyarakat semakin idealis dan membenci korupsi namun tidak sejalan dengan perilakunya di kehidupan sehari-hari.

"Artinya tingkat anti-korupsi masyarakat sudah sebegitu tinggi. Tapi masih kontradiktif dengan praktik di lapangan," kata Suryamin di Kantor BPS, Jakarta, Senin (22/2/2016).

Suryamin menambahkan, kegiatan-kegiatan seperti memberi uang pelicin untuk memperlancar urusan masih banyak terjadi.

(Baca: Indeks Korupsi Dunia: Denmark Terbersih, Indonesia Ke-107)

Angka indeks persepsi dan indeks pengalaman yang kontradiktif tersebut menjadi sinyal bahwa impelementasi pencegahan korupsi di tataran aplikasi harus ditingkatkan.

"Mungkin masih proses. Perlu pemantauan di lapangan untuk seluruh level. Di pusat dan daerah," ujar Suryamin.

Sementara itu, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pahala Nainggolan menyambut positif angka indeks persepsi yang meningkat. Sebabnya, masyarakat sudah lebih tahu tentang perilaku-perilaku koruptif.

Sedangkan mengenai indeks pengalaman yang menurun, kata Pahala, akan terus diupayakan oleh KPK agar angkanya berbalik naik.

(Baca: Dalam 5 Tahun Berturut-turut, DPR Berpredikat Lembaga Terkorup)

"Jadi, harapan ke depan persepsi meningkat terus. Tapi pengalaman juga harus meningkat," tutur Pahala.

Survei Perilaku Anti Korupsi dilakukan BPS setiap tahunnya sejak 2012. Untuk 2015 survei dilaksanakan pada bulan November dan mencakup 33 provinsi, 170 kabupaten/kota (49 kota dan 122 kabupaten) dengan jumlah sampel 10.000 tumah tangga.

Data yang dikumpulkan mencakup pendapat terhadap kebiasaan di masyarakat dan pengalaman berhubungan dengan layanan publik dalam hal perilaku penyuapan, pemerasan dan nepotisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com