HONG KONG, KOMPAS.com - Pekerja migran Indonesia di Hong Kong yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dihadapkan pada ironi.
Di satu sisi, peran mereka diakui pemerintah setempat mendongkrak perekonomian. Tetapi di sisi lain mereka masih diberi upah di bawah standar.
Pengakuan terhadap peran pekerja migran sendiri diungkapkan Konsul Jenderal RI untuk Hong Kong Yul Edison.
"Chief executive Hong Kong mengucapkan terima kasih sekali. Peran pekerja migran kita dalam perkembangan ekonomi Hong Kong luar biasa. Terutama setelah pandemi," ujar Konsul Jenderal RI untuk Hong Kong Yul Edison dalam rangkaian acara yang digelar Binus University di Hong Kong, beberapa waktu lalu.
"Berkat pekerja migran kita, keluarga-keluarga muda di Hong Kong bisa fokus bekerja ya. Peran mereka sangat diakui pemerintah Hong Kong," lanjut dia.
Baca juga: Berkat Pekerja Migran Indonesia, Keluarga Muda Hong Kong Bisa Fokus Bekerja
Namun, ia mengakui pekerja migran di Hong Kong dibayar di bawah standar pengupahan setempat.
Standar upah minimum Hong Kong berada di angka 16.000 dollar Hong Kong atau sekitar Rp 32 juta.
Sementara, upah rata-rata yang diterima pekerja migran, yakni 5.000 dollar Hong Kong atau sekitar Rp 10 juta per bulan.
Angka itu belum termasuk uang makan, yakni sekitar 1.200 dollar Hong Kong atau sekitar Rp 2,4 juta per bulan. Biasanya pekerja migran memilih makan disediakan oleh pengguna jasa mereka, bukan diambil dalam bentuk tunai.
"Kalau mengacu ke UMR di sini, ART itu tergolong pekerja berpenghasilan rendah," lanjut Edison.
Baca juga: Hong Kong Jadi Kota Termahal di Asia, Harga Tanah Capai Rp 74 Juta Per Meter Persegi
Bahkan, upah pekerja migran yang berstatus senior masih di Bawah standar, yakni sekitar 7.000 dollar Hong Kong atau sekitar Rp 14 juta per bulan.
Oleh sebab itu, demi peningkatan kesejahteraan mereka, pemerintah Indonesia berupaya terus menggenjot peningkatan kapasitas pekerja migrannya.
Sejumlah bentuk peningkatan kapasitas itu, yakni pelatihan bahasa asing, membuka kesempatan pekerja migran untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, serta membuka jalur pekerja migran untuk mendapatkan sertifikat sebagai caregiver.
"Kami sudah bekerja sama dengan beberapa organisasi. Kami ingin meng-upgrade pekerja migran untuk menjadi caregiver. Karena jelas yang bersertifikat itu gajinya lebih besar," ujar Edison.
Ia sekaligus berharap peningkatan kapasitas ini juga menjadi visi dari para pekerja migran demi masa depan mereka sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.