Keadilan dalam penegakan hukum merupakan satu aspek yang penting yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Keadilan dalam penegakkan hukum bukan hanya tentang menjatuhkan hukuman kepada pelanggar, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap orang diperlakukan dengan adil dan setara di mata hukum.
Prinsip ini harus menjadi landasan dalam setiap tindakan Polri. Dalam sistem peradilan pidana, peran Polri sangat penting mulai dari penyelidikan hingga penuntutan.
Oleh karena itu, profesionalitas dan netralitas Polri sangat krusial untuk memastikan bahwa proses penegakan hukum berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.
Polri, seperti lembaga penegak hukum lainnya, sering kali dihadapkan pada dilema etis. Dalam bukunya "Moral Issues in Police Work," David E. Duffee menyebutkan bahwa polisi sering kali harus membuat keputusan sulit dalam situasi yang kompleks.
Keputusan ini tidak hanya harus legal, tetapi juga harus memenuhi standar etika tinggi. Misalnya, bagaimana seorang polisi harus bertindak ketika menghadapi tekanan dari atasan atau dari kekuatan politik?
Dilema ini membutuhkan kebijaksanaan dan pemahaman mendalam tentang etika profesional.
Studi oleh Punch (2009) dalam "Police Corruption: Deviance, Accountability and Reform in Policing" menyoroti berbagai bentuk korupsi dan penyalahgunaan wewenang yang dapat merusak integritas polisi.
Punch menekankan bahwa korupsi sering kali dimulai dari pelanggaran kecil yang kemudian berkembang menjadi sistemik.
Oleh karena itu, penting bagi Polri untuk menerapkan kode etik yang ketat dan memastikan bahwa setiap pelanggaran, sekecil apapun, ditindak dengan serius.
Kode etik kepolisian bukan sekadar dokumen formal, tetapi harus menjadi panduan hidup bagi setiap anggota Polri.
Menurut Michael Davis dalam "Thinking Like an Engineer," kode etik profesional harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memandu perilaku dalam situasi-situasi yang paling sulit sekalipun.
Untuk Polri, kode etik ini harus menekankan prinsip-prinsip netralitas, keadilan, dan pelayanan publik yang tak tergoyahkan.
Implementasi kode etik ini dapat dilihat dari penanganan kasus internal di Polri. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Polri harus ditindaklanjuti dengan transparan dan adil.
Hal ini tidak hanya untuk memberikan keadilan kepada korban tetapi juga untuk memberikan pelajaran dan standar bagi anggota lainnya.
Misalnya, kode etik harus mencakup pedoman yang jelas tentang bagaimana anggota Polri harus bertindak dalam situasi yang mungkin menimbulkan konflik kepentingan.
Pedoman ini harus dirancang untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan bahwa setiap tindakan diambil berdasarkan prinsip keadilan dan hukum.
Penegakan etik bagi Polri harus diperlihatkan kepada masyarakat luas untuk menyampaikan pesan bahwa penegakan etik bukan dilakukan untuk melindungi pelanggarnya dengan alasan menjaga kehormatan profesi seperti yang sering terjadi dalam penegakan etik di berbagai profesi.
Penegakan etik bagi aparat penegak hukum juga berfungsi menyampaikan pesan kepada publik bahwa mereka berhadapan dengan aparat yang tidak kebal hukum dan memberikan pelayanan dengan aturan prosedur yang ketat.
Dengan demikian, publik percaya kasus yang mereka hadapi mendapatkan tempat penyelesaian yang tepat dan tidak berpikir ada “jalur lain” dalam penyelesaian perkara.
Meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri tidak bisa dicapai melalui perubahan-perubahan teknis semata, tetapi memerlukan transformasi filosofis dan etis dalam tubuh Polri.
Netralitas dan profesionalitas bukan hanya tentang bagaimana Polri beroperasi, tetapi juga tentang bagaimana Polri memandang dirinya sendiri dalam konteks masyarakat yang lebih luas.
Dengan memahami dan menginternalisasi prinsip-prinsip keadilan, integritas, dan pelayanan publik, Polri dapat memperkuat fondasi kepercayaan publik yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum yang sejati.
Pada HUT Polri ini, marilah kita merenungkan peran penting Polri dalam masyarakat dan terus mendorong upaya-upaya untuk meningkatkan netralitas dan profesionalitasnya demi masa depan yang lebih baik.
Dengan komitmen kuat dan langkah-langkah strategis, Polri dapat mewujudkan visi dan misinya sebagai pelindung, pelayan, dan pengayom masyarakat yang profesional dan berintegritas.
Transformasi ini tidak hanya memerlukan perubahan dalam kebijakan dan prosedur, tetapi juga dalam budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh setiap anggota Polri.
Hanya dengan demikian, Polri dapat benar-benar menjadi institusi yang dipercaya dan dihormati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Selamat hari jadi Polri, selamat berprestasi, selamat berevaluasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.