"Begitu nama-nama lain muncul, kemudian dicalonkan, didengungkan, muncul nama Anies Baswedan, muncul nama Basuki Tjahaja Purnama, segala macam, nah ini menurun elektabilitasnya, kalau kita melihat survei hari ini,” kata Doli pada 19 Juni 2024.
Baca juga: Sikap Golkar Ingin Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jabar Ketimbang Jakarta Dinilai Realistis
Sebelumnya, Dedi mengatakan, potensi mereplikasi pemilihan presiden (Pilpres) 2024 bisa terjadi di Pilkada Jakarta, jika Anies Baswedan maju melawan Ridwan Kamil yang diusung oleh koalisi partai politik (parpol) pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.
Apalagi, dia mengatakan, jika kekuasaan cawe-cawe dalam Pilkada Jakarta. Kemudian, semuanya membawa narasi untuk menjegal langkah Anies kembali memimpin Jakarta.
Dedi lantas menyebut bahwa cawe-cawe kekuasaan itu patut dicurigai sudah mulai terjadi usai adanya pertemuan antara ketua umum parpol pendukung pemerintahan dengan Presiden Jokowi pada 14 Juni 2024.
“Kita bisa menyaksikan Presiden Joko Widodo tiba-tiba melakukan pertemuan dengan koalisi Indonesia Maju misalnya. Tidak ada dalam situasi yang mendesak, bukan dalam situasi yang cukup politis sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Itu disinyalir atau bahkan publik bisa mencurigai itu untuk urusan-urusan politik seperti yang kita diskusikan hari ini (Pilkada Jakarta),” kata Dedi.
Oleh karena itu, Dedi memprediksi pertarungan dalam Pilkada Jakarta bakal ketat jika Anies Baswedan benar akan melawan calon yang diusung koalisi partai pendukung Prabowo-Gibran ditambah kekuasaan sebagaimana terjadi di Pilpres 2024.
Dalam pertarungan tersebut, dia mengatakan, Anies berpeluang unggul tetapi kemenangan bakal ditentukan di pengadilan sebagaimana terjadi di Pilpres 2024.
"Anies Baswedan tetap punya peluang untuk unggul tetapi kemenangan akan ditentukan di meja persidangan. Kemungkinan akan terjadi begitu. Kenapa? Karena kekuatan yang bertarung tidak jauh berbeda dengan kondisi di Pilpres 2024 kemarin,” kata Dedi.
Namun, menurut Dedi, situasi akan sedikit berbeda apabila terjadi perpecahan dalam tubuh koalisi pendukung Prabowo-Gibran atau Koalisi Indonesia Maju. Sebab, kemungkinan bakal ada tiga poros di Pilkada Jakarta.
Baca juga: Golkar Masih Bahas Pencalonan RK di Pilkada, Pantau Terus Elektabilitas
Pasalnya, dia melihat dua partai yang tergabung di Koalisi Indonesia Maju sesungguhnya memiliki beberapa kader yang berpotensi untuk diusung di Pilkada Jakarta, yakni Partai Golkar dan Demokrat.
Demikian juga, jika akhirnya PDI-P tidak jadi mengusung Anies Baswedan dan memilih untuk mengajukan kadernya sendiri.
“Tetapi, kalau sudah ada yang melakukan pengkondisian misalnya yang penting jangan sampai Anies yang menang, maka itu urusannya tentu adalah konsolidasi di tingkatan elite dan itu besar kemungkinan tidak akan jauh dari situasi pilpres kemarin,” ujarnya.
“Kemenangan tidak ditentukan di TPS (Tempat Pemungutan Suara) tapi lebih mungkin kemenangan ditentukan di palu persidangan,” kata Dedi melanjutkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.