Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ija Suntana
Dosen

Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Membutuhkan Oposisi

Kompas.com - 15/04/2024, 05:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI negara yang masih bertahap menuju pada keterbukaan politik dan sosial, Indonesia sangat membutuhkan penguatan demokrasi dan hadirnya penyeimbang kekuasaan.

Penguatan demokrasi harus mempertimbangkan partisipasi politik inklusif, di mana hadirnya oposisi bagian di dalamnya dan alat pengukur yang paling jelas.

Sulit untuk mempertahankan negara yang demokratis tanpa oposisi politik signifikan. Demokrasi yang sehat membutuhkan pluralisme politik untuk mencegah penyimpangan kekuasaan.

Dugaan yang hampir mendekati keyakinan bahwa kekuasaan yang absolut, kata Lord Acton, dipastikan menyimpang (absolute power corrupts absolutely).

Carl Schmitt (1927) menyebutkan, oposisi dibutuhkan, selain sebagai bagian integral dari dinamika politik yang sehat, karena kekuasaan secara alami membutuhkan adanya "teman" dan "musuh".

Kehadiran oposisi sangat berguna bagi kekuasaan untuk membangun konsolidasi internal. Kekuasaan yang tidak memiliki “musuh” akan rentan dengan konflik internal. Akan saling sikut dengan sesama “teman.”

Lain halnya kalau ada "musuh" di luar, menyatukan kekuatan internal akan mudah.

Oposisi adalah semacam alat pemicu detak jantung, yang dapat memompa kinerja kekuasaan. Dalam hal tertentu, kita mengejar prestasi kinerja dalam mengelola kekuasaan karena ingin menunjukkan kepada musuh bahwa “kita” mampu berhasil dalam berkuasa.

Apabila tidak ada oposisi, kepada siapa nanti “kita” memamerkan keberhasilan kinerja kekuasaan?

Kalau sekadar memamerkan kepada para pendukung setia, komunikasi politik tidak terlalu bermanfaat, selain juga akan banyak manipulasinya.

Kenapa? Karena tidak akan ada yang mengoreksi. Koreksi, kritik, dan bantahan dari “musuh” sangat diperlukan untuk meningkatkan popularitas dan soliditas rezim berkuasa.

Oposisi sangat berguna bagi suatu rezim untuk bercermin dalam rangka mengetahui bintik-bintik hitam kinerja kekuasaan.

Dipastikan dalam wajah kekuasaan yang “glowing” akibat puja-puji “teman” sangat sukar dideteksi bintik kekurangan, karena puja-puji “teman” akan semakin menambah gede rasa keglowingan wajah rezim berkuasa.

Oposisi berguna sebagai batu loncatan menyempurnakan kinerja kekuasaan. Namun, sudah barang tentu bukan oposisi yang terlalu dominan.

Oposisi yang terlalu dominan di atas rezim berkuasa bukan batu loncatan penyempurna kinerja, malah bisa menjadi “batu peremuk” kekuasaan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com