Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Pak Jokowi, "Kulo Getun"!

Kompas.com - 09/01/2024, 13:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada akhirnya bukanlah kata yang menyakitkan musuh yang selalu diingat. Tetapi diamnya sahabat yang dahulu mendukung kita.” – Martin Luther King (1929 – 1968)

DALAM beberapa kali perjalanan saya ke berbagai daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur serta menemui masyarakat Jawa di berbagai kabupaten di Kalimantan Selatan, Bali serta Sumatera Utara baru-baru ini, saya menemukan kegelisahan yang sama.

Pemilih fanatik yang semula mendukung Joko Widodo di dua kali Pilpres 2014 dan 2019 kini menyatakan penyesalannya.

Semula, mereka sedih karena Jokowi harus menuntaskan pemerintahannya pada 2024. Tidak ada dalam bayangan para pemuja Joko, jalan cerita “indah” yang seharusnya tuntas di penghujung masa jabatannya ternyata berakhir di luar “nurul”.

Jokowi membiarkan proses hukum di Mahkamah Konstitusi – untuk meminjam istilah Jokowi bahwa Gibran Rakabuming telah mengikuti proses sesuai dengan mekanisme yang ada – menjadi catatan kelam di akhir pemerintahannya.

Munculnya Jokowi di panggung politik lokal dengan memenangkan pemilihan Wali Kota Solo di 2015, seakan menjadi penegas bahwa menjadi kepala daerah tanpa mahar uang yang harus disetor ternyata bisa terjadi dan menang.

Harapan akan lahirnya pemimpin kerakyatan langsung melekat pada sosok Jokowi. Saat itu, rakyat begitu terpesona dengan ketulusannya memimpin Solo.

Memerintah dengan memberi contoh, menggusur tanpa kekerasan, memimpin dengan hati serta bertindak tanpa mengundang kecaman. Namun itu tinggal kenangan belaka.

Menjadi Gubernur Jakarta adalah impian semua orang. Pensiunan, bahkan perwira aktif di TNI/Polri, politisi, mantan dan pejabat, bahkan pengusaha ingin menjadi orang nomor 1 di Jakarta.

Jokowi seperti mendapat “wild card” melenggang tanpa keringat karena selalu disokong oleh partai supaya bisa maju dan terpilih. Jokowi telah melupakan partai yang mengusungnya dari Solo hingga naik “kelas” ke pentas Jakarta.

Melihat kemesraan yang kini terjalin antara Jokowi dengan rival terberatnya di dua kali Pilpres, Prabowo Subianto, seakan menyesakkan hati para pendukung garis kerasnya.

Para pendukungnya begitu legawa ketika Prabowo ditarik ke kabinetnya Jokowi sebagai Menteri Pertahanan dengan alasan untuk rekonsiliasi.

Bagi Prabowo dan Gerindra, jabatan itu begitu membanggakan karena seperti diakui Mantan Danjen Kopassus di acara televisi menjadi oposisi selama 20 tahun begitu sulit mendapat kredit dari pihak perbankan. Usahanya banyak yang tidak berjalan.

Jokowi mungkin punya skenario tersembunyi dengan merangkul Prabowo dan sekarang rencana ini telah terlihat nyata dengan melihat perjodohan Prabowo dengan Gibran– sang putra.

Tidak ada yang menyangka, Jokowi dan keluarga begitu bergerak masif menggapai posisi kelapa daerah sebagai “loncatan” menuju jabatan kepala daerah yang lebih tinggi. Putra sulungnya, Girban didukung “habis-habisan” menjadi Wali Kota Solo.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com