Seperti pula dengan Mahfud MD, Gibran juga mengajukan pertanyaan soal pembuatan peraturan, hanya saja itu dilekatkan pada istilah baru yang bisa jadi masih kurang dipahami oleh Mahfud MD.
Lagi-lagi menjadi semacam pertanyaan menjebak untuk menghadirkan respons ‘kebingungan’ dari lawan debat. Sepertinya ini bagian dari satu skenario.
Pada titik ini, sebagai strategi debat, bisa saja unggul, tapi apakah dengan itu berhasil memenangkan hati pemilih terutama dari undecided voters?
Nanti dulu, karena ada elemen lain yang jadi titik penilaian, misalnya soal orisinalitas gagasan, gestur dan kebijaksanaan, agresivitas dan lainnya.
Pada penutup debat, sama seperti sesi pembuka, Gibran juga tampil baik, dengan penyampaian yang terukur sesuai dengan durasi waktu yang diberikan.
Ketiga, untuk Mahfud MD. Sebagai pakar hukum, Prof Mahfud cukup lihai dalam mencari dan memberikan korelasi antara konteks penegakan hukum dengan tema yang didiskusikan.
Sebenarnya relevan saja, cuma terkesan hendak ‘lari’ dari bahasan utama, yakni soal ekonomi, keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
Prof Mahfud juga memberikan pertanyaan menohok kepada Gibran, terutama soal IKN yang bernada kritik terhadap pemerintah, sementara Prof Mahfud sendiri adalah Menko Polhukam dalam kabinet saat ini.
Begitu pula pada pilihan kostum yang terlihat kurang begitu nyaman. Menyebabkan Prof Mahfud harus berganti kostum pada interval berjalannya debat.
Memang ada kesan ingin membangun impresi lewat pakaian khas daerah, sebagai satu pesan simbolik. Hanya saja ini adalah debat cawapres, selain hal-hal yang sifatnya simbolik, kenyamanan dalam debat juga menjadi penting untuk dijaga dan diperhitungkan.
Termasuk soal bagaimana pakaian yang dikenakan itu bila dilihat di televisi. Kesan official atau ‘kewibawaan’ juga penting untuk dipertimbangkan dengan matang. Ini juga soal konsistensi atau ada kontinuitas.
Misalnya Muhaimin dan Gibran tampil dengan kostum atau dresscode yang sama dengan capres-nya masing-masing pada saat debat perdana.
Prof Mahfud juga menutup debat dengan membaca narasi yang sudah dipersiapkan. Ini justru menjadikan penampilannya kurang begitu kuat dan berkesan.
Keempat, untuk Muhaimin Iskandar. Di sesi pertama Muhaimin masih kurang lugas dalam membuka penjelasan.
Soal dia harusnya tampil di debat perdana sebagai capres, namun justru malam itu berdiri sebagai cawapres yang tidak diurai dengan baik.