Selain konten itu tidak penting dan mengambil durasi waktu, terlihat Muhaimin kurang mempersiapkan diri khususnya dalam kaitannya memberikan ‘first impression’ pada sesi pertama, seperti yang ditunjukan oleh Capres-nya Anies Baswedan.
Muhaimin juga kurang tuntas menjelaskan soal 40 kota baru yang menjadi bagian dari proyeksinya jika terpilih. Apakah itu adalah benar-benar kota baru, ataukah dari kota yang sudah ada, kemudian di-upgrade menjadi kota besar mendekati atau sama dengan Jakarta.
Soalnya, Muhaimin sebelumnya bicara soal prioritas, dan memberikan sinyalemen bahwa kelanjutan IKN belum begitu penting dalam konteks agenda prioritas. Namun pada sisi lain menyampaikan ide soal mengadakan kota baru, menjadi logika yang paradoks.
Namun Muhaimin boleh dikata tampil cukup tenang, jenaka dan memperkuat gimmick ‘slepet’, memadukan antara sarung yang dibawa dengan argumen yang dijelaskan. Cak Imin juga terlihat ‘santuy’, tidak agresif atau mengesankan mau memojokkan lawan debat.
Kelima, untuk moderator debat. Moderator mestinya tidak harus kaku, sehingga hal kecil seperti Muhaimin yang mau minta penjelasan Gibran soal akronim ‘baru’ yang digunakan sebagai diksi dalam bertanya, mestinya dibiarkan saja, karena itu soal teknis bukan substansi. Sehingga waktu tak terbuang percuma.
Lebih dari itu, debat berjalan baik, dan masing-masing kita yang menyaksikan, sudah punya penilaian sendiri. Catatan ini hanya menjadi semacam resume, dan juga untuk bahan evaluasi, sehingga pada tiga sisa debat pilpres selanjutnya bisa berlangsung lebih baik.
Bagaimana pun debat yang diadakan KPU punya banyak keterbatasan, soal durasi waktu, keterlibatan audiens dalam mengajukan pertanyaan dan lainnya.
Maka kedapan para capres dan cawapres harus mau atau bersedia menghadiri undangan forum debat dan diskusi, terutama yang diinisiasi atau diadakan oleh organisasi masyarakat sipil, sehingga yang otentik dan kosmetik dapat terlihat, dinilai perbedaannya.
Kehadiran capres dan cawapres dalam debat memungkinkan pemilih memahami secara mendalam gaya kepemimpinan, dan solusi terhadap isu-isu kunci.
Termasuk bagaimana menguji kematangan dan kemampuan calon dalam merespons pertanyaan serta tantangan yang mungkin dihadapi bila mempinan.
Ini menjadi sarana evaluasi bagi pemilih untuk menilai kredibilitas dan kualitas kepemimpinan dari para calon.
Secara keseluruhan, kehadiran kandidat dalam debat memainkan peran kunci dalam proses demokrasi, memberikan pemilih informasi yang lebih baik dan tentu saja memperkuat integritas pemilihan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.