Lazimnya individu yang mendapat penghargaan atas prestasinya akan sangat bangga. Akan tetapi, bagi Munir justru sebaliknya.
Baca juga: 19 Tahun Misteri Kematian Munir, Lagu dari Para Aktivis, dan Janji Jokowi
"Saya sungguh takut karena khawatir penghargaan dan ketenaran ini menyebabkan saya tidak mampu mengontrol diri hingga menjadi manusia yang congkak," kata Munir seperti dikutip dari pemberitaan surat kabar Kompas, Selasa, 29 Desember 1998.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, itu mengatakan, kegiatannya sebagai aktivis juga tidak lepas dari dorongan yang diberikan sang istri, Suciwati.
Dalam prosesnya, Majalah Ummat menjaring 3 tokoh yang bakal diberi penghargaan pada saat itu. Mereka adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Amien Rais, para mahasiswa yang meninggal dalam Tragedi 1998, dan Munir.
Setelah proses seleksi, Munir kemudian ditetapkan sebagai penerima penghargaan.
Menurut Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Ummat Syafi'i Anwar, proses penilaian dilakukan selama 1,5 bulan terhadap tokoh bersangkutan.
Baca juga: Istri Mendiang Munir, Suciwati Sesalkan Mangkraknya Museum HAM di Kota Batu
"Kami memilih sosok tokoh yang memiliki kepedulian melawan politik kekerasan. Keberaniannya dilandasi keberpihakannya kepada ide dan visi kemanusiaan universal, yang menurut pengakuannya sendiri disemai oleh ajaran agama yang diyakininya. Dengan dasar pandangan itulah pilihan kami jatuh kepada Munir," papar Syafi'i.
Tujuan Ummat memilih pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965, kata Syafi'i, sekadar mengingatkan masyarakat di Indonesia masih ada orang yang dengan keberanian luar biasa melakukan perlawanan terhadap praktik politik kekerasan.
Munir antara lain telah berjasa melakukan perlawanan terhadap politik kekerasan oleh negara (state violence), terutama kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang dilakukan aparat militer.
Baca juga: Komnas HAM Janji Selesaikan Penyelidikan Kasus Munir Akhir Tahun Ini, Suciwati: Ini Langkah Maju
"Ketika orang masih ragu, sungkan, dan bahkan takut bicara tentang keterlibatan militer dalam kasus penculikan mahasiswa dan aktivis politik lainnya, Munir bicara lantang mengungkapkan fakta dan kebenaran. Tanpa ragu ia menyingkap berbagai praktik kekejian dan penistaan harkat dan martabat kemanusiaan sejumlah anak bangsa yang seharusnya dilindungi negara," kata Syafi'i.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.