Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Para Kandidat, Apa Lagi yang Ditunggu buat Deklarasi dan Koalisi?

Kompas.com - 25/05/2023, 12:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DEKLARASI pengusungan Ganjar Pranowo menjadi bakal calon presiden yang hendak diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Jumat (21/4/2023), diyakini menggoyang peta dukungan koalisi pengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di Pemilu Presiden 2024.

Satu bulan sudah berlalu sejak itu. Waktu berjalan, tak kunjung ada deklarasi lain, baik untuk bakal calon presiden maupun kepastian komposisi koalisi pengusung, apalagi bakal calon wakil presiden.

"Pendaftaran kandidat, yang itu pasti juga sudah jelas koalisi pendukungnya, memang masih lama. Namun, jeda sejak deklarasi Ganjar ini terlalu lama," kata peneliti Institut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata, Rabu (24/5/2023).

Menurut Dian, ibarat ibu hamil hendak melahirkan, kontraksi koalisi memang sudah ada. Meski begitu, gelembung efek yang diharapkan dari pendeklarasian Ganjar sebagai bakal calon presiden dari PDI-P belum juga terjadi.

Hingga tulisan ini tayang, misalnya, baru Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai partai pemilik kursi di DPR yang telah mendeklarasikan dukungan ke Ganjar.

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dulu disinyalir akan mengalihkan dukungan ke Ganjar bila elektabilitas Airlangga Hartarto dari Partai Golkar tak kunjung melejit, ungkap Dian, hingga kini tak kunjung pula merealisasikan itu. Partai Golkar masih bergoyang ke sana ke mari.

Yang kemudian lebih menjadi pertanyaan publik, ujar Dian, adalah sosok yang akan menjadi bakal pendamping Ganjar di Pemilu Presiden 2024.

Setali tiga uang, dukungan untuk Anies Baswedan pun masih bertumpu pada tiga partai saja, yaitu Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). 

"Meski syarat dukungan sudah cukup, Anies belum jelas juga siapa yang akan digandeng menjadi bakal wakil calon presiden," kata Dian.

Baca juga: Dari Lobi-lobi Koalisi, Kue Kekuasaan Mulai Diiris

Prabowo Subianto juga tak lebih konkret laju pergerakannya menuju Pemilu Presiden 2024. Selain keputusan internal Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada 2022, Prabowo bahkan belum mendeklarasikan kembali kepastian berlaga di Pemilu Presiden 2024.

"Para kandidat dan partai politik masih bergerak di ruang hampa. Semua peta kemungkinan masih cair, kejutan belum tertutup, termasuk untuk kandidasi," imbuh Dian.

Ketiga sosok yang dianggap paling santer kemungkinannya berlaga di Pemilu Presiden 2024 tersebut tampak masih sibuk berkeliling. Bacaannya, kata Dian, semua kandidat dan partai politik belum punya cukup keyakinan untuk berlaga, termasuk dalam penentuan pasangan bakal calon.

"Pengusungan Ganjar bak partitur dengan tempo empat per empat, sekarang malah melambat, bukannya tetap kencang," ujar Dian memberikan analogi.

Kandidasi, koalisi, dan orkestrasi Jokowi

Satu hal lain yang juga cukup mendapat sorotan Dian adalah posisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang Pemilu Presiden 2024. Menurut dia, Jokowi tengah memainkan orkestrasi tersendiri.

Pertemuan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dengan Prabowo Subianto, sebut Dian, adalah contoh peristiwa terkini yang kasat mata memperlihatkan orkestrasi dari Jokowi.

Dian berpendapat, tidak mungkin kedua sosok itu bisa menggelar pertemuan begitu saja tanpa setidaknya "kula nuwun" ke Jokowi, apa pun motif dan tujuannya.

Baca juga: Proyeksi Peta Politik setelah PDI-P Usung Ganjar Pranowo: Akan Ada 2, 3, atau 4 Koalisi?

Orkestrasi Jokowi, lanjut Dian, sebelumnya juga telanjang terlihat pada saat penggaungan wacana Koalisi Besar dan bahkan ketika pengusungan Ganjar sebagai bakal calon presiden dari PDI-P.

Dalam wacana Koalisi Besar, misalnya, Jokowi mengundang langsung para petinggi partai politik koalisi pendukungnya di Pemilu Presiden 2014 dan 2019 untuk bertemu.

Partai Gerindra yang masih berkehendak mengusung Prabowo sebagai bakal calon presiden di Pemilu Presiden 2024—dan notabene bukan koalisi pendukung Jokowi di dua pemilu sebelumnya—diajak serta.

Satu-satunya dalih, Gerindra belakangan bisa disebut sebagai barisan koalisi Jokowi dalam konteks koalisi pemerintahan, bukan koalisi kandidasi.

Sebaliknya, Partai Nasdem yang adalah pengusung Jokowi di dua pemilu sebelumnya malah tidak disertakan dalam pertemuan-pertemuan itu. Padahal, Nasdem juga masuk dalam barisan koalisi pemerintahan, selain koalisi kandidasi.

Baca juga: Momen Prabowo Tanya ke Relawan: Mas Gibran Cocok Jadi Cawapres?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com