Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hei Pak Polisi, Baju Coklatmu Saya yang Beli, Kamu Jangan Macam-macam"

Kompas.com - 16/05/2023, 05:06 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Advokat Forum Komunitas Mahasiswa Se-Jabodetabek '98 Saor Siagian mengingat kembali bagaimana adrenalin yang muncul dalam kerusuhan Mei 1998.

Dia mengatakan, di tengah rezim represif ribuan mahasiswa turun ke jalan, menuntut Presiden Soeharto mundur meskipun dibayang-bayangin oleh "peluru nyasar".

"Memang saat itu adalah suasana reformasi, yang tadinya suasana kita dalam rezim yang represif, tiba-tiba semangat kita muncul," ujar Saor dalam acara diskusi Refleksi Reformasi '98, Jumat (12/5/2023).

Mahasiswa saat itu tak ada takutnya, mereka begitu percaya diri, melawan kekuasaan Orde Baru yang sudah bertahan selama 32 tahun.

Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Kisah Mahasiswa Kedokteran UKI Ubah Identitas Pasien untuk Kelabui Intel

Polisi yang menghadang jalannya aksi pun mereka bentak, sebut bahwa apa yang para aparat makan juga berasal dari uang rakyat.

"Saya masih ingat sama teman-teman ini ketemu dengan polisi dihadang, kemudian dia bilang 'Hei Pak Polisi, itu baju coklatmu saya yang beli, kamu jangan macam-macam'," kata Saor.

Begitu juga saat persidangan berlangsung. Saor masih mengingat salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi UKI bernama Rudi ditangkap akibat kerusuhan '98.

"Saat dia jadi terdakwa, ada polisi enggak bener, karena dia waktu itu menangkap kawan-kawan (mahasiswa) sekalian tidak dengan prosedur, anak-anak (aktivis mahasiswa) itu lompat dari kursi persidangan kemudian mau menghantam polisi (sambil mengatakan), 'kamu jujur'!" tutur Saor.

Baca juga: Mei 1998, Saat Jakarta Dilanda Kerusuhan Mencekam dan Ditinggal Para Penghuninya...

Mengingat peristiwa itu, Saor merasakan perjuangan para aktivis yang begitu berani.

Dia juga mengingat suasana kantornya di Sawah Besar diacak-acak para penjarah saat terjadi kerusuhan.

Ditambah dengan kondisi pertokoan yang berada di Sawah Besar. Kata Saor, pertokoan yang habis dijarah, akhirnya tutup. Sawah Besar lebih mirip kota mati.

"Imajinasi saya pada saat itu, apakah masih ada harapan pada republik? Mencekam. Belum lagi malamnya penjarahan di depan mata kita," ujar dia.

"Jadi ketika kita bisa berdiri berdiskusi seperti ini, pada awalnya enggak kebayang bangsa ini bisa seperti ini," sambung Saor.

Baca juga: Han dan Kisah-kisah Pilu Saksi Kerusuhan Jakarta Mei 1998: Saat Penjarahan hingga Pembakaran Melanda

Diketahui, pada 13 Mei hingga 15 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998.

Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Gantikan Yusril Jadi Ketum PBB, Fahri Bahcmid Fokus Jaring Kandidat Pilkada

Gantikan Yusril Jadi Ketum PBB, Fahri Bahcmid Fokus Jaring Kandidat Pilkada

Nasional
APEC 2024, Mendag Zulhas Sebut Indonesia-Korsel Sepakati Kerja Sama di Sektor Mobil Listrik dan IKN

APEC 2024, Mendag Zulhas Sebut Indonesia-Korsel Sepakati Kerja Sama di Sektor Mobil Listrik dan IKN

Nasional
Kebebasan Pers Vs RUU Penyiaran: Tantangan Demokrasi Indonesia

Kebebasan Pers Vs RUU Penyiaran: Tantangan Demokrasi Indonesia

Nasional
Tanggapi Keluhan Warga, Mensos Risma Gunakan Teknologi dalam Pencarian Air Bersih

Tanggapi Keluhan Warga, Mensos Risma Gunakan Teknologi dalam Pencarian Air Bersih

Nasional
Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Nasional
Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Nasional
GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

Nasional
Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Nasional
Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Nasional
Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com