JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan anggota Komisi I DPR RI, Effendi Simbolon, soal TNI berujung polemik.
Dalam rapat Komisi I DPR bersama TNI dan Kementerian Pertahanan yang digelar Senin (5/9/2022), Effendi menyinggung sejumlah hal, mulai dari insubordinasi hingga isu disharmoni di tubuh TNI.
Buntutnya, politisi PDI Perjuangan itu dikritik sejumlah pihak, termasuk oleh prajurit TNI.
Effendi bahkan dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI dan didesak untuk meminta maaf.
Baca juga: Ocehan Gerombolan yang Buat Effendi Simbolon Dapat Kecaman TNI
Berikut sederet pernyataan Effendi Simbolon yang bikin gerah prajurit TNI.
Rapat antara Komisi I DPR dengan TNI di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (12/9/2022) hendak dimulai ketika Effendi menyampaikan interupsi. Dia meminta supaya rapat digelar secara terbuka.
Dia ingin rapat tersebut membahas soal insubordinasi dan disharmoni di TNI.
Effendi bilang, banyak ketidakpatuhan sehingga membuat TNI seperti "gerombolan". Dia juga membandingkan TNI dengan organisasi masyarakat (ormas).
"Kami banyak sekali temuan-temuan yang insubordinasi, disharmoni, ketidakpatuhan. Ini TNI kayak gerombolan ini, lebih-lebih ormas jadinya, tidak ada kepatuhan. Kami ingin tegas ini," kata Effendi.
Baca juga: Sebut TNI Kayak Gerombolan, Effendi Simbolon Diminta Minta Maaf
Effendi lantas menyebut, penggerak TNI adalah presiden dan DPR. Dia mengatakan, TNI hanya alat dan instrumen.
Sementara, prajurit TNI, utamanya para pimpinannya, merupakan nahkoda sesaat.
Oleh karenanya, menjadi tugas para pimpinan dan seluruh prajurit untuk menyelamatkan TNI.
"Ini semua fraksi prihatin ini. Ada apa ketidakpatuhan si A dengan si B. Ini porak-poranda ini TNI," ucap Effendi.
Dalam rapat tersebut, Effendi juga terang-terangan mengungkap soal disharmoni antara Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman.
Dia menyayangkan kerenggangan hubungan keduanya. Padahal, Andika dan Dudung sama-sama sudah menjelang masa pensiun.