"Apa sih yang kemudian dipertahankan? Ego bapak berdua itu, merusak tatanan hubungan junior dan senior di TNI, Pak," kata Effendi.
"Dengan segala hormat, Pak. Saya dekat dengan Pak Andika, saya dekat dengan Pak Dudung. Saya termasuk salah satu yang mendukung penuh bapak. Tapi, Pak, prihatin kita, Pak," lanjutnya.
Baca juga: Dianggap Cemarkan TNI, Effendi Simbolon Dilaporkan ke MKD DPR RI
Effendi juga menyinggung kabar yang menyebutkan bahwa disharmoni itu salah satunya dipicu oleh isu gagalnya anak Dudung menjadi taruna Akademi Militer (Akmil).
Menurut dia, tidak seharusnya ihwal ini menjadi perdebatan yang memicu keretakan di tubuh TNI.
Dia bilang, seleksi taruna Akmil harus sesuai dengan aturan dan tak ada pengecualian bagi siapa pun, termasuk anak jenderal.
"Sampai urusan anak KSAD gagal masuk Akmil pun menjadi isu. Emangnya kalau anak KSAD kenapa? Emang harus masuk?" kata Effendi.
"Kalau ketentuan mengatakan tidak ya tidak. Tidak ada diskresi," ujarnya lagi.
Baca juga: Panglima Perang AD Kecam Pernyataan Effendi Simbolon “TNI Bak Gerombolan”
Effendi pun meminta Andika tegas menyikapi persoalan ini. Sebab, sebagai panglima, Andika seharusnya menjadi pemimpin utama di tubuh TNI.
"Orang bilang ngapain sih Panglima urusin yang tetek bengek begini. Tapi saya tahu Anda orang perfeksionis. Tapi sayangnya punishment di Anda kurang. Kalau saya seperti itu, take it or leave it, dia apa saya, Pak, saya lapor presiden. Biar aja gemuruh republik ini. Ngapain, Pak, kita sandang-sandang semua jabatan kalau tidak ada ketegasan," kata Effendi.
Menurut Effendi, disharmoni di tubuh TNI bukan sekali ini saja terjadi. Hubungan Panglima dengan KSAD kerap tidak akur, bahkan sejak zaman kepemimpinan Moeldoko dan Gatot Nurmantyo.
Hal serupa berlanjut ke era kepemimpinan Hadi Tjahjanto, lalu kini Andika Perkasa dengan Dudung Abdurachman.
Padahal, Effendi bilang, para jenderal itu memimpin seluruh prajurit TNI.
"Kenapa kalian yang ego begitu. 450.000 itu tentara," ucap Effendi.
Effendi lantas mengaitkan sikap para pimpinan TNI ini dengan ambisi untuk menjadi calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).
"Kalian sudah menikmati amanah kok nggak bisa menjaga hanya ego-ego begitu saja. Kalian mau jadi capres jadi cawapres? Saya usul mendingan dihentikan semuanya," tandas Effendi.
Baca juga: Kemesraan Andika-Yudo dan Isu Disharmoni dengan Dudung, Sinyal Dukungan buat KSAL Jadi Panglima?