Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebulan Usai Brigadir J Tewas: Bharada E Tersangka, Ferdy Sambo dan Hendra Kurniawan Dicopot

Kompas.com - 07/08/2022, 18:02 WIB
Syakirun Ni'am,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah kejanggalan yang menyelubungi kematian Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo sedikit demi sedikit mulai terkuak.

Hari ini, tepat 30 hari setelah Brigadir J dinyatakan meninggal dunia, penanganan kasus tersebut menunjukkan beberapa kemajuan.

Baca juga: Runtutan Kasus Tewasnya Brigadir J hingga Ferdy Sambo Diamankan ke Mako Brimob

Di antaranya soal teka teki rekaman CCTV yang hilang, keganjilan Bharada E atau Richard Eliezer yang disebut ahli menembak, hingga dugaan penghilangan barang bukti, yang mulai terkuak.

Kompas.com mencatat perjalanan kasus meninggalnya ajudan di rumah dinas jenderal polisi bintang dua, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Sempat dirilis Polres Metro Jakarta Selatan

Kasus ini mulai menjadi sorotan ketika pihak keluarga mengungkap sejumlah keganjilan atas kematian Brigadir J.

Baca juga: Pengacara: Bharada E Sudah Lebih Lega, Keterangannya Dicatat dalam BAP

Secara resmi, kasus ini diumumkan ke publik pada 12 Juli di Polres Metro Jakarta Selatan.

Kapolres Metro Jaksel Kombes Budhi Herdi Susianto menyebut, Brigadir J tewas setelah terlibat baku tembak dengan ajudan Sambo lainnya yang kemudian diketahui bernama Bharada E.

Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto saat menyampaikan perkembangan kasus penembakan antar polisi yang terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Pancoran Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022). Budhi menyampaikan perkembangan kasus tersebut di Polres Jakarta Selatan pada Selasa (12/7/2022)KOMPAS.com/Muhammad Isa Bustomi Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto saat menyampaikan perkembangan kasus penembakan antar polisi yang terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Pancoran Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022). Budhi menyampaikan perkembangan kasus tersebut di Polres Jakarta Selatan pada Selasa (12/7/2022)

Menurut Budhi, peristiwa tersebut terjadi pada Jumat 8 Juli sore. Saat itu, Brigadir J diduga melecehkan dan mengancam dengan senjata kepada istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Teriakan Putri membuat Brigadir J panik dan keluar kamar. Saat ditanya Bharada E, Brigadir J justru melepaskan tembakan.

Baca juga: Kapolri Tahu Oknum Polisi yang Ambil CCTV Rusak di Sekitar Rumah Ferdy Sambo

Baku tembak terjadi dan menewaskan Brigadir J. Menurut Budhi, Bharada E menggunakan senjata api Glock dengan magasin 17 peluru dan melepaskan 5 peluru.

Budhi juga menyebut kamera CCTV di rumah Sambo rusak. Menurutnya kamera itu rusak dua minggu sebelum peristiwa itu terjadi.

Mabes Polri Bentuk Tim Khusus

Sore hari setelah Budhi mengumumkan rilisnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menggelar konferensi pers.

Sigit menyatakan, Mabes Polri membentuk Tim Khusus (Timsus) untuk mengusut kasus tersebut dan meluruskan informasi yang simpang siur di publik terkait kematian Brigadir J.

Baca juga: Komnas HAM Belum Bisa Meyakini soal Dugaan Pelecehan Brigadir J terhadap Istri Ferdy Sambo

Tim tersebut dipimpin langsung Wakil Kapolri Komjen Gatot Eddy Pramono didampingi sejumlah jenderal bintang tiga lainnya yakni, Kabareskrim Komjen Agus Andrianto, Irwasum Agung Budi Maryoto, Kabaintelkam Komjen ahmad Dofiri, dan As SDM Irjen Wahyu Widada.

Selain membentuk Timsus, Mabes Polri juga mengajak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengusut kasus ini.

Komnas HAM kemudian menyatakan, akan melakukan penyelidikan sendiri sesuai ketentuan undang-undang.

Keluarga Dilarang Membuka Peti

Sementara itu, keluarga Brigadir J di Jambi, mengaku dilarang polisi membuka peti jenazah dan memeriksa kondisi tubuh anak mereka.

Baca juga: Pengacara Sebut Bharada E Tak Punya Motif Bunuh Brigadir J, tetapi Ada Perintah

 

Setelah bernegosiasi hanya keluarga inti yang mendapat izin melihat jenazah itu.

Keluarga juga mengaku mengalami peretasan hingga didatangi ratusan polisi yang membuat mereka ketakutan.

Foto ponsel Samuel Hutabarat, ayah dari Brigadir Yosua alias Brigadir J pada aplikasi WhatsApp tidak lagi bisa diakses, Selasa (12/7/2022).KOMPAS.com/Suwandi Foto ponsel Samuel Hutabarat, ayah dari Brigadir Yosua alias Brigadir J pada aplikasi WhatsApp tidak lagi bisa diakses, Selasa (12/7/2022).

Pihak keluarga Brigadir J juga mengungkap sejumlah luka yang diduga bukan disebabkan tembakan. Beberapa luka diduga lebam hingga sayatan.

Belakangan, mereka meminta jenazah Brigadir J diotopsi ulang.

Komnas HAM Bergerak

Beberapa waktu setelah memeriksa sejumlah informasi yang beredar di publik, Komnas HAM kemudian bergerak menemui keluarga Brigadir J di Jambi pada 16 Juli.

Baca juga: Profil Brigjen Hendra Kurniawan, Karo Paminal yang Dinonaktifkan karena Kasus Kematian Brigadir J

Komnas HAM mengantongi sejumlah informasi mengenai dugaan intimidasi yang menimpa keluarga Brigadir J.

Keluarga juga menyebut pada tubuh Brigadir J ditemukan sejumlah luka di bagian mata, hidung, bibir, belakang telinga, dan kaki kanan.

Tim Khusus Mabes Polri mendatangi kantor Komnas HAM guna berkoordinasi terkait penyelidikan kasus penembakan Brigadir J, Jakarta Pusat, Jumat (15/7/2022).KOMPAS.com/Syakirun Ni'am Tim Khusus Mabes Polri mendatangi kantor Komnas HAM guna berkoordinasi terkait penyelidikan kasus penembakan Brigadir J, Jakarta Pusat, Jumat (15/7/2022).

Keluarga Laporkan Pembunuhan Berencana

Keluarga Brigadir Yosua atau J resmi melaporkan dugaan pembunuhan berencana ke Bareskrim Polri pada 18 Juli.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com