Atas dinamika ini, tensi politik seketika meninggi. Dukungan untuk Megawati mengalir, utamanya dari aktivis dan mahasiswa yang menentang rezim Orde Baru pimpinan Soeharto.
Jelang akhir Juli 2022, isu perebutan DPP PDI menguat. PDI kubu Mega pun menjaga kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, siang dan malam.
Akhirnya, tiba pada tragedi kelam 27 Juli 1996. Hari masih pagi ketika massa pendukung PDI Soerjadi berdatangan ke kantor DPP PDI sekira pukul 06.20 WIB.
Dikutip dari Harian Kompas terbitan 29 Juli 1996, massa berbondong-bondong datang mengenakan kaus berwarna merah bertuliskan "DPP PDI Pendukung Kongres Medan", lengkap dengan ikat kepala.
Seolah siap berbenturan, mereka tiba menggunakan delapan truk mini bercat kuning.
Sebelum kerusuhan pecah, massa pendukung Soerjadi dan Megawati sempat berdialog. Pendukung Mega meminta supaya kantor DPP PDI dinyatakan status quo.
Baca juga: Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996 dan Kebungkaman Megawati
Namun, dialog singkat 15 menit itu tak menghasilkan kata sepakat. Tepat pukul 06.35 WIB, bentrok kedua kubu tak terbendung.
Massa pendukung Soerjadi melempari kantor DPP PDI dengan batu dan paving block. Sebaliknya, pendukung Mega membalas dengan melempar benda seadanya di sekitar halaman kantor.
Tak lama, massa pendukung Soerjadi berhasil masuk ke kantor DPP PDI, mendesak kubu Megawati.
Pukul 08.00, aparat keamanan turun tangan. Kantor DPP PDI diambil alih aparat dan dijaga pasukan antihuru-hara.
Namun, kekacauan tak kunjung meredam. Menjelang siang, massa justru kian menyemut dari yang semula ratusan menjadi ribuan, memadati ruas Jalan Diponegoro.
Saat itu, massa bukan lagi hanya dari pendukung Megawati maupun Soerjadi, tetapi juga para aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mahasiswa. Kalangan ini menggelar aksi mimbar bebas di dekat Stasiun Cikini.
Mimbar tersebut sempat bergeser ke Jalan Diponegoro, sebelum akhirnya bentrok dengan aparat keamanan.
Benturan antara massa dan aparat kian tak keruan pada siang hari. Massa terdesak mundur ke arah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Jalan Salemba.
Baca juga: Komnas HAM Disebut Belum Pernah Rekomendasikan Peristiwa Kudatuli sebagai Pelanggaran Berat HAM
Aksi bakar membakar pun tak terhindarkan. Jelang sore hari, api berkobar melalap tiga bus kota dan beberapa bus tingkat di Jalan Salemba yang diduga ulah pendukung Soerjadi dan Megawati.