Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Gelar Haji, Perjuangan Bertahan Hidup dan Menuntut Ilmu Agama

Kompas.com - 25/07/2022, 14:35 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Muslim di Indonesia sampai saat ini masih menyematkan gelar haji bagi orang-orang yang pulang selepas menunaikan rukun Islam ke-5 di Makkah, Arab Saudi.

Tradisi itu unik dan hanya dilakukan umat Muslim di Indonesia.

Menurut Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Masduki Baidlowi ada sejumlah alasan mengapa sampai saat ini umat Muslim di Tanah Air masih memberi gelar yang bergelar haji.

Masduki mengatakan, sistem penyelenggaraan haji di masa lampau sangat berbeda jauh dari saat ini. Baik dari segi pengelolaan hingga lama perjalanan.

Baca juga: Jangan Panggil Saya Pak Haji

Dia mengatakan, pada masa lalu penyelenggaraan haji menggunakan sistem Muassasah atau organisasi penyelenggara haji.

Mereka yang berwenang melakukan verifikasi bagi para umat Muslim yang ingin menunaikan haji.

Sebagai penanda seseorang sudah berhaji, maka Muassasah menyematkan gelar dan nama baru yang diberikan oleh ulama setempat.

"Setiap orang yang haji itu akhirnya diberi gelar dan nama khusus oleh syekh," kata Masduki saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/7/2022).

Menurut Masduki, penyematan gelar haji dan nama khusus itu diberikan karena nama-nama jemaah dari Asia Tenggara kurang akrab di telinga penduduk Arab.

Baca juga: Masa Tunggu Haji di Malaysia 141 Tahun, Kemenag RI: Masyarakat Indonesia Lebih Beruntung

Selain itu, kata Masduki, tujuan lainnya adalah harapan supaya selepas pulang dari Tanah Suci maka kehidupan sang haji akan menjadi lebih berkah.

"Nama-nama haji dari Asia Tenggara kan bukan nama yang akrab di telinga mereka. Itu kan nama-nama khas wilayah contohnya seperti Tjokroaminoto. Karena kurang akrab maka diberi gelar haji dan nama dari syekh," ucap Masduki.

"Selain itu juga dinilai supaya lebih berkah. Seperit ngalap berkah," lanjut Masduki.

Akan tetapi, kata Masduki, saat itu juga terjadi praktik jual beli nama dan gelar haji oleh para syekh.

Sebab, orang-orang yang pergi ke Tanah Suci saat itu tidak hanya menunaikan ibadah haji tetapi juga sekalian menuntut ilmu agama. Maka dari itu gelar dan nama pemberian dari ulama yang menjadi guru mereka menjadi sangat penting.

Baca juga: Jumlah Jemaah Haji Indonesia yang Meninggal di Arab Saudi Jauh Lebih Banyak daripada Malaysia

"Sempat juga oleh para syekh di sana itu pemberian nama tersebut dikomersilkan, tetapi akhirnya dihentikan," kata Masduki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Nasional
Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Nasional
55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

Nasional
Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Nasional
Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Nasional
Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Nasional
Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Nasional
Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com