Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Mula Gelar Haji dan Cara Penjajah Awasi Benih Pemberontak

Kompas.com - 25/07/2022, 10:19 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Musim ibadah haji 1443 Hijriah atau 2022 belum lama selesai.

Seluruh umat Muslim Indonesia yang baru menyelesaikan rukun Islam kelima itu di Mekkah, Arab Saudi, dan kembali ke Tanah Air menyandang panggilan haji atau hajjah bagi muslimah.

Penyematan gelar haji atau hajjah di kalangan umat Muslim Indonesia cukup unik karena jarang ditemui di negara lain.

Menurut sejarawan Asep Kambali, kebijakan penyematan gelar haji atau hajjah bagi umat Muslim di Tanah Air dilakukan sejak masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Baca juga: 386 Jemaah Haji asal Tangsel Tiba di Tanah Air, Wali Kota Minta Kondisi Kesehatan Dipantau

Asep mengatakan, ada tujuan di balik menyematkan gelar itu bagi seluruh umat Muslim yang kembali selepas menunaikan ibadah haji.

"Umat Muslim di negara lain, mereka yang telah menyelesaikan ibadah haji, tradisi gelar haji itu enggak ada. Gelar haji merupakan gelar pemberian penjajah," kata Asep dalam penjelasannya melalui rekaman video yang diberikan, seperti dikutip Kompas.com, Senin (25/7/2022).

Asep mengatakan, gelar haji diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada umat Muslim yang selesai menunaikan ibadah haji dengan tujuan pengawasan.

Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang disahkan pada 1903.

Baca juga: Pulang dari Tanah Suci, Tiga Jemaah Haji Kabupaten Kediri Positif Covid-19

Penyebabnya adalah semangat anti-penjajahan kerap digelorakan oleh tokoh-tokoh Islam selepas mereka menunaikan ibadah haji.

Karena pada masa lalu, orang-orang yang menunaikan haji juga sambil belajar kepada sejumlah ulama di Mekah.

Mereka juga kerap bertukar pikiran dengan sesama haji dari Tanah Air mengenai kondisi sosial hingga politik.

"Sehingga mereka membuat kebijakan untuk mengendalikannya. Salah satunya sejak 1916, pemerintah kolonial Hindia Belanda menyematkan gelar haji di depan nama dari setiap penduduk muslim yang ada di Hindia Belanda yang selesai menunaikan ibadah haji dengan maksud agar mudah diawasi," ujar Asep.

Selain itu, sejumlah tokoh Islam di Hindia Belanda saat itu mendirikan berbagai organisasi saat kembali selepas menunaikan ibadah haji.

KH Ahmad Dahlan seusai pulang ibadah haji mendirikan Muhammadiyah pada 1912.

Kemudian, KH Hasyim Asy'ari usai ibadah haji mendirikan Nahdlatul Ulama pada 1926.

Baca juga: Evaluasi Haji 2022 dan Kritik Pemerintah hingga DPR

Kemudian Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam usai ibadah haji pada 1905.

Oemar Said Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam pada 1912 selepas kembali dari ibadah haji.

"Maka gelar haji adalah gelar pemberontak yang diberikan penjajah Belanda kepada penduduk pribumi," ujar Asep.

Akan tetapi, saat ini penyematan haji bagi masyarakat yang telah menunaikan ibadah haji saat ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com