Sementara Ganjar, yang notabene bukan petinggi PDI-P, menjuarai survei elektabilitas karena angkanya tembus 20 persen.
Melihat ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai bahwa dalam konteks relasi personal memang tidak ada kerenggangan antara Megawati dan Jokowi.
Menurut Umam, Jokowi tidak mungkin melalukan perlawanan politik secara terbuka terhadap Megawati yang telah berjasa mengantarkannya pada tampuk kepemimpinan.
Namun, kerenggangan begitu tampak jika dikontekstualisasikan dengan cara pandang keduanya dalam memproyeksikan kepemimpinan nasional setelah Jokowi turun tahta.
Baca juga: Erick Thohir Dinilai Jadi Cawapres Potensial Dampingi Ganjar
Jokowi, dengan sederet agenda politiknya, cenderung berpihak pada Ganjar. Sementara, Megawati tidak demikian.
"Jelas ada perbedaan mendasar di sana. Di satu sisi, Presiden Jokowi merasa nyaman secara politik untuk mengusung Ganjar Pranowo yang dinilai bisa mengamankan sejumlah agenda program," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (8/6/2022).
"Sekaligus menjaga 'keselamatan' dirinya, termasuk keselamatan anak dan menantunya, Bobby dan Gibran yang saat ini berada di pemerintahan lokal," lanjut dosen Universitas Paramadina itu.
Umam berpendapat, Jokowi dan Megawati punya cara pandang yang berbeda terhadap figur Ganjar.
Mungkin saja, oleh sejumlah elite PDI-P sosok Ganjar dinilai terlalu fokus membangun citra diri dan menomorduakan tugas kepartaian.
Selain itu, jika Ganjar maju sebagai capres dan berhasil duduk di kursi RI-1, maka, kepemimpinan trah Soekarno akan terputus.
"Inilah letak perbedaan mendasar antara Jokowi dan Megawati," kata Umam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.