Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompasianer Yon Bayu

Blogger Kompasiana bernama Yon Bayu adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Saat Gus Yahya Melawan Arus

Kompas.com - 26/05/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Teguran kepada PCNU Banyuwangi dan Sidoarjo karena terlibat dalam konsolidasi politik mendukung salah satu bakal calon presiden, adalah kuncinya.

Dengan tidak mendukung kontestasi politik seperti pilpres, berarti tidak ada lagi mimpi bagi kader-kader grass root di bawah kepemimpinan Gus Yahya untuk mendapatkan jabatan di lembaga-lembaga pemerintah dan BUMN - yang sering dimaksudkan sebagai “balas budi”. Misalnya, jabatan komisaris BUMN.

Dalam konstruksi pemahaman ini, apakah kader-kader yang kehilangan mimpi mendapatkan jabatan di struktural pemerintahan melalui identitas NU, masih tetap akan sami'na wa 'atho'na?

Boleh jadi akan muncul “penolakan halus” sehingga Muhaimin Iskandar berani sesumbar Nahdliyin tidak akan terpengaruh ucapan siapa pun dalam mendukung PKB.

Mengutip bahasa retoris Gus Muhaimin lewat kaos, “NU Kultural Wajib Ber-PKB, Struktural Sakarepmu” sangat mungkin kader-kader PKB akan totalitas menggarap basis NU akar rumput sehingga berpotensi memunculkan pembelahan, bahkan mungkin friksi.

Generasi milenial NU sangat mungkin tetap akan berpolitik tanpa embel-embel lambang 9 bintang.

Namun jika kondisi demikian berlanjut sampai Pemilu 2024, juga akan merugikan PKB. Sikap “jumawa” Muhaimin akan menjadi catatan tersendiri bagi kader NU yang masih memandang kiai sebagai “tokoh tak tercela” dan eksistensinya sangat dihormati.

Frasa “struktural sakarepmu” sulit diterima oleh mereka yang hidup dalam tradisi pesantren tradisional.

Ungkapan sakarepmu (semaumu) bisa jadi dianggap kasar dan jauh dari nilai-nilai NU. Ingat, banyak kiai dan ulama kharismatik yang menjadi pengurus NU.

Kader-kader muda tetap akan berpolitik secara diam-diam, namun pelabuhannya bukan lagi PKB melainkan PPP, Golkar, bahkan mungkin juga PDIP, Nasdem dan Demokrat.

Meski pada kontestasi politik sebelumnya hal ini sudah terjadi, namun ketegangan hubungan PKB dan NU akan memaksa migrasi yang lebih besar.

Dengan kalkulasi apa pun, sulit bagi Muhaimin untuk mempertahankan 13 juta suara seperti pada Pemilu 2019.

Hal buruk lainnya, kondisi saat ini bisa menjadi dorongan faksi-faksi yang kontra terhadap kepemimpinan Muhaimin di PKB.

Bukan rahasia lagi, kelompok Gusdurian masih banyak yang belum sepenuhnya legowo ketika Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid terpaksa hengkang setelah kalah dalam perebutan bendera PKB melawan Muhaimin.

Gelaran musyawarah cabang yang diselenggarakan serentak tahun 2021 lalu, juga masih menyimpan sejumlah friksi di daerah yang bukan mustahil akan mengkristal menjadi sebentuk perlawanan untuk menggeser Gus Muhaimin jika ada tokoh kuat yang mem-back-up.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com