Indeks itu memperlihatkan dengan jelas ketimpangan tersebut. Artinya, tidak semua memiliki infrastruktur jaringan yang memadai.
Seperti contoh lainnya, Indonesia saat ini sedang membangun jaringan 5G dan akan diterapkan di wilayah percontohan.
Wilayah percontohan 5G itu antara lain Jabodetabek, (Widya Chandra, Pantai Indah Kapuk, Kelapa Gading, Pondok Indah, Alam Sutera, dan Bumi Serpong Damai) Balikpapan, Medan, Bandung, Surabaya, Denpasar, Batam, dan Makassar.
Melihat daerah percontohan ini, tentu kita boleh berasumsi bahwa infrastruktur di daerah lain belum begitu matang karena masih terpusat di kota-kota besar.
Persoalan berikutnya adalah literasi digital, yang memengaruhi kompetensi sumber daya manusia.
Literasi digital tidak hanya soal kritis terhadap informasi, melainkan bagaimana kita memanfaatkan teknologi untuk kebutuhan yang lebih besar.
Literasi digital menentukan apakah seseorang atau suatu daerah dapat memanfaatkan potensi tertinggi dari teknologi.
Literasi digital menjadi ukuran kompetensi penting tentang kemampuan SDM di era digital ini.
Sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam transformasi digital, tetapi harus diakui bahwa tidak semua daerah memiliki kompetensi SDM yang sama rata.
Misalnya, dalam penelitian dari Mangindaan & Manossoh (2018) yang mengamati bagaimana kapabilitas SDM di desa di kecamatan Tabukan Utara dalam mengelola dana desa menemukan bahwa SDM di sana belum mampu mengelola dana itu.
Selain itu, apabila bicara dari sudut pandang tingkat pendidikan, mayoritas dari kategori dengan tingkat pendidikan rendah.
Kedua hal ini tentu menjadi tantangan terbesar negara kita dalam memacu transformasi digital di seluruh desa di Indonesia.
Namun, bukan berarti tak ada peluang untuk meningkatkan kapasitas SDM kita. Pemerintah dan aktor lainnya sedang berusaha meningkatkan talenta-talenta digital.
Di saat yang bersamaan pula, beberapa anak muda juga kembali ke desa untuk mengembangkan kapasitas sumber daya di sana.
Problematika literasi digital adalah masalah bersama yang membutuhkan kolaborasi berbagai pihak.
Dengan banyaknya daerah dan desa yang membutuhkan peningkatan kapasitas literasi digital, semua pihak perlu memberikan bantuan, baik itu NGO, swasta, termasuk institusi pendidikan.
Institut Komunikasi dan Bisnis (IKB) LSPR berupaya membantu meningkatkan literasi digital di wilayah-wilayah yang tingkat literasinya masih belum mumpuni melalui inisiasi bernama Literasi Desa.
Program ini adalah bentuk usaha memajukan desa dan ikut berkontribusi dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
LSPR Literasi Desa merupakan salah satu Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) dari pemerintah yang dimenangkan oleh LSPR Institute.
Program Hibah PKKM yang dimaksud terdiri dari Literasi Desa, riset kolaborasi, LSPR Connect & Developing, LSPR Upscale, pertukaran Dosen, dan program kemanusiaan.
Salah satu bentuk implementasi program ini adalah kegiatan bertajuk “Pelatihan Komunikasi Organisasi Desa Berbasis Digital”, yang diselenggarakan pada 29 Juli 2021, pukul 09.00–12.00 WIB untuk perangkat desa di lingkup Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Para peserta merupakan perwakilan dari Kelurahan/Desa Jaya Sakti, Pantai Harapan Jaya, Pantai Sederhana, Pantai Bahagia, Pantai Bakti, dan Pantai Mekar.
Kegiatan yang dilakukan secara daring ini juga diikuti oleh para mahasiswa, alumni, dan dosen LSPR.
Dalam implementasinya, LSPR menjalankan pengabdian masyarakat kolaboratif yang terdiri dari berbagai kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan serta pelatihan pengembangan dosen di bidang pengabdian masyarakat.
Kegiatan ini merupakan ranah untuk dosen dalam merealisasikan Tridharma Perguruan Tinggi, serta memberikan kontribusi atau dampak positif langsung kepada masyarakat.
Dalam melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, LSPR menemukan satu hal menarik yang bisa menjadi pertimbangan para stakeholders.
Menurut masyarakat Kecamatan Muara Gembong, infrastruktur digital menjadi problematika yang perlu ditangani secara serius.
Secara keseluruhan, terdapat empat masalah yang paling sering terjadi di desa, yakni jaringan internet yang kurang memadai, kurangnya dukungan dan fasilitas untuk pembangunan desa digital.
Kemudian pola komunikasi yang masih dilakukan secara manual (face to face, door to door, letter to letter), kurangnya SDM dalam memahami teknologi, serta proses penyampaian informasi yang kurang dipercayai oleh publik.
Program Literasi Desa yang dilaksanakan oleh LSPR dapat memberi dampak positif bagi para perangkat desa di Kecamatan Muara Gembong di mana proses transformasi menjadi desa digital pasti tidak mudah karena banyaknya kendala yang harus dihadapi, namun melalui program ini pula kita dapat bersama mencari solusinya.