Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/02/2022, 19:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengingatkan masyarakat agar memiliki perhitungan yang cermat apabila hendak mengajukan pinjaman ke bank. Terlebih, bila dalam pengajuan pinjaman itu menggunakan sertifikat tanah sebagai agunan atau jaminannya.

Hal itu disampaikan Jokowi saat membagikan sertifikat tanah kepada masyarakat di Lapangan Sudirman, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Kamis (3/2/2022). 

"Hati-hati kalau pinjam ke bank, pas keluar uangnya enak banget. Wah dapet sertifikat (tanah), lalu masukkan ke bank dapat Rp 600 juta," kata Jokowi seperti dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.

"Lalu yang Rp 300 juta beli mobil dulu, yang Rp 300 juta lagi untuk usaha. Nah, begitu 6 bulan enggak bisa nyicil (pinjaman), mobil enggak bisa nyicil, hati-hati," imbuh Presiden.

Baca juga: Jokowi Singgung Penerbitan Sertifikat Tanah yang Sempat Lama: Bisa Nunggu 160 Tahun

Menurut Jokowi, perlu kalkulasi matang sebelum mengajukan pinjaman ke bank. Ia pun mewanti-wanti agar masyarakat yang hendak melakukan pinjaman, untuk menggunakan uang hasil pinjaman itu sebagai modal usaha, modal kerja, maupun investasi mesin yang pada akhirnya mendorong produktivitas masyarakat.

"Jangan sekali-kali dipakai untuk barang-barang kemewahan. Kalau enggak bisa nyicil saya jamin sulit. Harus untuk hal-hal yang produktif," tegasnya.

Ihwal sertifikat tanah, Kepala Negara berpesan agar masyarakat dapat membuat salinan sertikiat tersebut dan menyimpannya di tempat yang aman. Pasalnya, sertifikat tanah merupakan salah satu barang berharga.

Presiden kemudian menyinggung betapa sulitnya memperoleh sertikat tanah.

Pada tahun 2017, saat itu pemerintah hanya mampu menerbitkan sekitar 500.000 sertifikat tanah per tahun untuk masyarakat. Secara keseluruhan, baru 46 juta lahan yang telah terbit sertifikatnya. 

Baca juga: Saat Jokowi Bertemu Anak-anak Pandai Matematika di Humbang Hasundutan

Masih ada, kata Jokowi, sekitar 80 juta lahan yang belum terbit sertifikatnya.

"Berarti bapak mensertifikat nunggu 160 tahun. Sebab setahun hanya 500.000 dan yang harus disertifikatkan 80 juta. Jadi 160 tahun nunggu," ucap Presiden.

"Ada yang mau nunggu 160 tahun tunjuk jari? Saya beri sepeda tapi nunggu 160 tahun mau enggak? Siapa yang mau ?" imbuh dia yang disambut tawa masyarakat.

Berkaca dari sana, ia menekankan pentingnya penerbitan sertifikat tanah. Dalam setahun terakhir, tak kurang dari 8 juta sertifikat tanah yang diterbitkan pemerintah. 

Ia pun menargetkan agar proses penerbitan sertifikat ini dapat naik jumlahnya dari tahun ke tahun.

"Targetnya saya naikkan terus 9 juta, naik lagi kemarin pandemi turun lagi. Tapi 8 juta gede banget dibandingkan 500.000," ungkapnya.

"Kenapa ini menjadi perhatian saya? Karena setiap saya ke desa, setiap saya ke daerah, yang masuk ke telinga saya itu sengketa antara (warga) dengan warga, warga dengan pemerintah, warga dengan BUMN, warga dengan perusahaan swasta, karena tidak pegang ini (sertifikat)," lanjut Jokowi.

Baca juga: Jokowi Tanam Kacang Macadamia di Desa Simangulampe

Dia pun mencontohkan, di Sumatera Utara sendiri banyak sekali sengketa lahan. Tepatnya di sekitar Kota Medan.

Masyarakat bersengketa karena merasa sudah belasan atau puluhan tahun menduduki lahan.

"Inilah pentingnya tanda bukti hak atas tanah yang namanya sertifikat. Dengan kecepatan sertifikat sekarang ini yang diberikan kepada rakyat ini, kita harapkan konflik sengketa lahan bisa kita kurangi sebanyak-banyaknya," tegas Jokowi.

"Tetapi memang masih ada (konflik) karena bertahun-tahun yang namanya ini tidak dikerjakan secara cepat. Setahun hanya 500.000. Sampai kapan kita mau rampung kalau kita bekerja setahun hanya 500.000," tambahnya.

Di sisi lain, Jokowi meminta masyarakat untuk menggandakan sertikat yang telah dimiliki.

"Tapi di-fotokopi dulu satu. Lalu simpan di lemari satu, simpen di laci. Hilang fotokopi-nya tidak apa, masih ada yang asli. Atau jika hilang aslinya masih punya fotokopi. Ngurus ke kantor BPN lebih mudah kalau ada misalnya banjir, mudah. Kebakaran baranganya karena sudah di-fotokopi," tambah kepala negara.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

TPPO Marak Terjadi, Migrant Care Minta Pemerintah Benahi Masalah Tenaga Kerja di Indonesia

TPPO Marak Terjadi, Migrant Care Minta Pemerintah Benahi Masalah Tenaga Kerja di Indonesia

Nasional
Sandi Ungkap Dirinya Tetap Bersahabat Sangat Baik dengan Anies

Sandi Ungkap Dirinya Tetap Bersahabat Sangat Baik dengan Anies

Nasional
Soal Isu Bocornya Putusan MK Terkait Sistem Pemilu, Ketua Komisi III: Hoaks

Soal Isu Bocornya Putusan MK Terkait Sistem Pemilu, Ketua Komisi III: Hoaks

Nasional
Kisah Hidup Kakek Buyut Ma'ruf Amin, Syekh Nawawi Al Bantani Akan Diangkat Jadi Film

Kisah Hidup Kakek Buyut Ma'ruf Amin, Syekh Nawawi Al Bantani Akan Diangkat Jadi Film

Nasional
LP3HI Bakal Kembali Gugat Bareskrim jika Dugaan Gratifikasi Firli Bahuri Tak Ditindaklanjuti

LP3HI Bakal Kembali Gugat Bareskrim jika Dugaan Gratifikasi Firli Bahuri Tak Ditindaklanjuti

Nasional
Cegah Narkotika Zombi Masuk Indonesia, Gus Imin Minta Pemerintah Ambil Tindakan Ekstrem

Cegah Narkotika Zombi Masuk Indonesia, Gus Imin Minta Pemerintah Ambil Tindakan Ekstrem

Nasional
Audensi dengan KSP, BP3OKP Minta Pemerintah Beri Perhatian ke Masyarakat Terdampak Konflik Keamanan

Audensi dengan KSP, BP3OKP Minta Pemerintah Beri Perhatian ke Masyarakat Terdampak Konflik Keamanan

Nasional
Kasus Gratifikasi dan TPPU, Eks Dirut Jasindo Dituntut 7 Tahun Penjara

Kasus Gratifikasi dan TPPU, Eks Dirut Jasindo Dituntut 7 Tahun Penjara

Nasional
Majelis Hakim MK Segera Rapat Tentukan Putusan Sistem Pemilu

Majelis Hakim MK Segera Rapat Tentukan Putusan Sistem Pemilu

Nasional
Melejitnya Elektabilitas Prabowo dan Perubahan Citra Militer menjadi Humanis

Melejitnya Elektabilitas Prabowo dan Perubahan Citra Militer menjadi Humanis

Nasional
BP3OKP Akui Kesulitan Bantu Lobi KKB soal Pilot Susi Air

BP3OKP Akui Kesulitan Bantu Lobi KKB soal Pilot Susi Air

Nasional
Ingin Deklarasi Cawapres Anies Juni, Demokrat: Kita Bertarung Melawan 'Status Quo'

Ingin Deklarasi Cawapres Anies Juni, Demokrat: Kita Bertarung Melawan "Status Quo"

Nasional
MK Diminta Pertimbangkan Konteks Politik Terkini dalam Putuskan Sistem Pemilu

MK Diminta Pertimbangkan Konteks Politik Terkini dalam Putuskan Sistem Pemilu

Nasional
Dirut Jasa Raharja Sebut Kolaborasi Tanpa Batas Jadi Kunci Peningkatan Kinerja Berkelanjutan

Dirut Jasa Raharja Sebut Kolaborasi Tanpa Batas Jadi Kunci Peningkatan Kinerja Berkelanjutan

Nasional
Diperiksa 8 Jam, Nindy Ayunda Mengaku Tak Tahu Senpi Ilegal Dito Mahendra

Diperiksa 8 Jam, Nindy Ayunda Mengaku Tak Tahu Senpi Ilegal Dito Mahendra

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com