Selama 10 tahun memimpin Surabaya, Risma sukses mewujudkan "good governance" di lingkungan pemerintahan kota tersebut. Ia berhasil mengubah wajah Surabaya menjadi kota yang ramah, tertata, bersih, sehat, dan hijau.
Selain prestasi, gayanya yang unik membuat Risma mendapat banyak sorotan dari publik.
Di satu sisi, Risma merupakan sosok keibuan yang lembut saat berhadapan dengan rakyat. Namun di sisi lain, ia bisa menampilkan gaya tegas dan tak segan memarahi anak buahnya yang tidak becus.
Baca juga: Bercanda dengan Bupati, Risma: Besok Saya Lapor Presiden supaya Kamu Jadi Mensos
Istri dari Djoko Saptoadji itu juga berhasil menutup Dolly, lokasi prostitusi di Surabaya yang konon pernah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Meski diwarnai penolakan, penutupan lokasi prostitusi itu akhirnya bisa dilakukan dan diubah menjadi kawasan sentra ekonomi. Di lokasi eks Dolly ini, Risma mendirikan Pasar burung dan batu akik, serta sentra UMKM lainnya.
Risma juga tak segan meminta maaf kepada masyarakat atau pihak-pihak tertentu dalam berbagai kesempatan. Bahkan beberapa kali, Risma tampak berlutut hingga menyembah meminta maaf atas kinerja anak buahnya yang kurang baik.
Baca juga: Risma Berpeluang Maju di Pilkada DKI, Hasto: Kepemimpinannya Sudah Teruji
Beberapa pihak mengkritik gaya Risma itu. Namun ia tampaknya tak begitu peduli, dan kerap turun langsung ke jalan membantu pekerjaan pelayanan publik. Ia tak ragu untuk mengambil sekop dan melalukan pekerjaan kasar.
Nama Risma sempat memasuki bursa calon gubernur DKI di Pilkada DKI 2017. Namun ia akhirnya dipilih Presiden Jokowi sebagai Mensos menggantikan Juliari P Batubara yang terjerat kasus korupsi.
Risma pun kembali disebut-sebut sebagai calon kuat pesaing Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pilgub DKI 2024. Bahkan di berbagai survei, elektabilitas Risma tepat berada di bawah Anies mengalahkan Ahok yang pernah menjadi gubernur DKI.