JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah nama yang mengisi jabatan baru di kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah diumumkan ke publik.
Nama-nama itu beredar setelah PSI resmi melantik kepengurusan DPP periode 2019-2024 pada Selasa (16/11/2021) saat menggelar Kopi Darat Nasional (Kopdarnas).
Dari sejumlah nama yang beredar dan viral di media sosial, netizen menyoroti satu nama, yaitu Ketua DPP PSI Sumardy.
Nama Sumardy populer di kalangan marketing komunikasi atau periklanan. Sumardy dikenal sebagai sosok yang kreatif bahkan terbilang nyeleneh dalam menyampaikan pesan atau strategi pemasaran.
Baca juga: Baru Dilantik, Ini Struktur Lengkap Kepengurusan DPP PSI Periode 2019-2024
Pada 2011 Sumardy sempat viral karena mengirimkan peti mati ke sejumlah media dan perusahaan komunikasi. Hal itu membuatnya sempat berurusan dengan pihak kepolisian.
Saat itu, Sumardy yang merupakan CEO Buzz and Co dibawa pihak kepolisian ke Polsek Tanah Abang, Jakarta untuk menjalani pemeriksaan.
Pemanggilan Sumardy itu lantaran adanya laporan sejumlah masyarakat yang mengaku mendapat kiriman peti mati.
"Alasan dibawa karena ada laporan dari masyarakat yang mendapat kiriman (peti mati), itu kami tindak lanjuti," ucap Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya Kombes Sujarno, Senin (6/6/2011), saat datang ke kantor Sumardy di kompleks Senayan Trade Center (STC), Jakarta.
Selain Sumardy, ada lima karyawan lain yang juga dibawa untuk dimintai keterangan perihal pengiriman peti itu.
Baca selengkapnya dalam artikel ini: Pengirim Peti Mati Digelandang Polisi
Selang satu hari sejak pemanggilan ke kepolisian, Sumardy ditetapkan tersangka atas kasus pengiriman peti mati.
Sumardy disangkakan Pasal 335 KUHP terkait perbuatan tidak menyenangkan. Aksi Sumardy yang mengirimkan peti mati itu dinilai telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
"Setelah pemeriksaan 1 x 24 jam, status Sumardy kami jadikan tersangka dan dijerat dengan Pasal 335 Ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dengan ancaman hukuman satu tahun," ujar Kapolsek Tanah Abang Ajun Komisaris Besar (AKB) Johanson Simamora, Selasa (7/6/2011), di Polsek Metro Tanah Abang, Jakarta.
Namun, belum ada informasi jelas mengenai kelanjutan kasus itu.
Baca juga: Mengenal Sosok Jeffrie Geovanie, Ketua Dewan Pembina PSI...
Sumardy pernah mengungkap alasannya mengirimkan peti mati ke sejumlah media massa dan perusahaan iklan.
Dia mengaku, perusahaannya sengaja merencanakan pengiriman peti jenazah itu untuk menciptakan efek word of mouth (WoM) sebagai salah satu bentuk strategi marketing.
"Ini semata-mata hanya untuk kreativitas dalam beriklan karena kreativitas periklanan sekarang sudah mulai mati," ujar Sumardy pada 6 Juni 2011, saat dijumpai di kantor Buzz & Co yang terletak di Senayan Trade Center (STC), lantai 3.
Baca dalam artikel ini: Peti Mati untuk Ciptakan "Word of Mouth"
Sumardy beralasan, hal ini dilakukan atas inisiatif sendiri tanpa ada unsur politik yang melatarinya.
Sumardy juga membenarkan bahwa cara ini ditempuhnya dalam rangka peluncuran buku karangannya yang berjudul Rest In Peace Advertising: The Word of Mouth Advertising terbitan PT Gramedia Pustaka Utama.
Dia berpandangan, strategi kampanye pemasaran yang dilakukan perusahaan saat ini sangat membosankan sehingga terpikir olehnya melakukan ide "peti mati" itu.
Baca juga: Resmi Dilantik Jadi Ketua Umum PSI 2019-2024, Giring Ganesha: Alhamdulillah
Penunjukan Sumardy sebagai Ketua DPP ditanggapi sejumlah netizen dengan pro dan kontra.
Ada yang mendukung PSI, dengan alasan kehadiran Sumardy memperlihatkan bukti keragaman dalam partai.
Namun, ada juga netizen yang menyoroti aksi marketing Sumardy di masa lalu, dan mempermasalahkan aksi nyeleneh yang saat itu salah ditanggapi sejumlah pihak sebagai teror.
Hingga saat ini belum ada pengurus PSI yang bersedia memberikan tanggapan terkait respons netizen.
Kompas.com telah menghubungi Ketua Umum PSI Giring Ganesha, Sekretaris Dewan Pembina PSI Raja Juli Antoni, dan Ketua DPP Tsamara Amany.
Giring dan Antoni menyerahkan pertanyaan itu ke Ketua DPP PSI Isyana Bagoes Oka. Namun, hingga saat ini Isyana belum memberikan tanggapan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.