Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Indahnya Persahabatan: Semangat Sembuh untuk SBY dari Jokowi dan Megawati

Kompas.com - 04/11/2021, 16:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Tidak pernah sekalipun Soeharto menggubris kebutuhan obat-obatan atau peralatan medis untuk perawatan kesehatan Bung Karno. Soeharto pun ogah menjenguk (Merdeka.com, 21 Juni 2013).

Bahkan saat Soekarno di makamkam di Bendogerit, Blitar, Jawa Timur pada 22 Juni 1970 yang jadi inspektur upacara adalah Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) Jenderal Maraden Panggabean tanpa kehadiran Presiden Soeharto.

Soeharto hanya melayat saat jenazah Bung Karno disemayamkan di Wisma Yasso, Jakarta.

Keakraban juga tak terlihat usai pelimpahan kekuasaan dari Soeharto ke BJ Habibie usai tuntutan reformasi yang disuarakan mahasiswa dan seluruh komponen masyarakat pada 21 Mei 1998.

Sejak saat itu hingga Soeharto wafat pada 27 Januari 2008, BJ Habibie tidak bisa menjumpai Soeharto secara langsung.

Melalui sambungan telepon, Habibie pernah meminta kesediaan Soeharto untuk bertemu dan Soeharto selalu menjawab tidak.

Andaikan para pemimpin kita di masa lalu mau melupakan perbedaan politik, tentu itu akan menjadi teladan bagi segenap anak bangsa. 

Walau antara Bung Karno dengan Bung Hatta pernah berselisih paham, persahabatan antara keduanya tetap berjalan akrab.

Makna persahabatan yang hakiki

Perbedaan politik apalagi dendam politik tidaklah baik terus dipelihara bahkan diwariskan. Itu adalah contoh buruk bagi generasi sekarang dan mendatang. Persahabatan para tokoh nasional harus dijadikan teladan bersama.

Perbedaan pandangan politik terjadi karena sudut pandang yang berbeda. Tetapi, sebenarnya para tokoh nasional tersebut memiliki cita-cita besar untuk bangsa dan negaranya.

Tidak mengingkari kelemahan tetapi juga tidak membutakan keberhasilan masing-masing presiden. Setiap masa kepemimpinan kepala negara pasti memiliki tantangan dan beragam persoalan yang berbeda-beda.

Soekarno begitu berjasa mewujudkan kemerdekaan. Soeharto mencoba mengendalikan kestabilan pangan dan sandang. BJ Habibie sukses membawa Indonesia melewati periode transisi dari tirani menuju demokrasi.

Gus Dur membuka sekat perbedaan SARA. Megawati mengukuhkan identitas nasionalisme. SBY berusaha menjaga kestabilan ekonomi dan meletakan dasar pembangunan. Jokowi mewujudkan pembangunan yang merata di seluruh tanah air dan membawa bangsa keluar dari pandemi Covid yang mematikan.

Saya yang bukan apa-apa dan tidak memiliki jabatan formal di pemerintahan begitu mensyukuri arti persahabatan yang terentang lama.

Jalinan persahabatan yang terentang lama dengan sahabat di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia yang kini bekerja di negeri jiran Singapura bisa membantu penanganan pasien Covid di Kalimantan Utara dan Malang, Jawa Timur.

Berkat sahabat yang bekerja di PT Samudera Indonesia di Singapura tersebut, saya bisa mendapatkan bantuan cuma-cuma 100 tabung oksigen ukuran tujuh meter kubik untuk membantu upaya penanggulangan dampak pandemi.

Melalui gerakan sosial samudera Indonesia Peduli, tabung-tabung oksigen dari Singapura bisa tiba di Tarakan, Kalimantan Utara dan Malang.

Saya begitu yakin, persahabatan yang tulus begitu memiliki dampak positif yang kuat terpatri.

Khusus untuk Pak SBY, doa kesembuhan tidak saja datang dari Pak Jokowi atau Bu Megawati. Harapan akan kepulihan dari sakit juga didaraskan lewat doa dari seluruh warga.

Walau Pak SBY sedang jauh dirawat di Amerika Serikat, saya yakin akan tetap lekat dalam doa Pak Jokowi dan Bu Megawati.

Segera sembuh Pak SBY. Aamiin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com