Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Masih di Sekitaran Pembantaian Tragedi 1965

Kompas.com - 27/10/2021, 11:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kontroversi soal angka pembantaian 1965-1966

Dalam bagian disertasi yang saya tulis pada 2010 yakni Transformasi Identitas dan Pola Komunikasi Para Pelarian Politik di Mancanegara dengan Studi Interaksi Simbolik terhadap Transformasi Identitas dan Pola Komunikasi Para Pelarian Politik Tragedi 1965, saya menulis soal pembantaian massal 1965-1966 di salah sub bab disertasi saya.

Selain huru-hara politik, tragedi 1965 juga mengisahkan terjadinya penangkapan-penangkapan oleh militer terhadap siapa saja yang dianggap musuh. Terlebih lagi kepada anggota PKI dan simpatisannya di tanah air.

Tidak hanya penangkapan yang berakhir di penjara tanpa proses pengadilan tetapi juga terjadi apa yang dinamakan pembantaian kejam dan sadis terhadap siapa saja yang dituduh terlibat PKI.

Pembantaian terhadap pihak-pihak yang dituduh PKI disamping untuk menghancurkan suatu kelompok masyarakat yang berideologi tertentu juga untuk membuat takut sisa masyarakat lainnya. Mereka harus tunduk dan patuh kepada penguasa baru yakni Soeharto dan rezim Orde Baru-nya.

Menurut Robert Cribb, ada beberapa cara untuk menghitung jumlah korban pembunuhan massal tahun 1965-1966.

Pertama, dengan mengutip keterangan resmi dari pemerintah atau instansi keamanan. Menurut Fact Finding Commission yang dibentuk setelah peristiwa berdarah tersebut, jumlah korban adalah 78.000 orang.

Tetapi Oei Tju Tat yang menjadi ketua tim itu mengatakan bahwa angka tersebut terlalu dikecilkan. Lebih tepat bila ditambah dengan angka “0” di belakangnya. Maksud Oei Tju Tat 780.000!

Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dalam salah satu laporannya menyebut angka 1 juta jiwa tewas terdiri 800 ribu di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta masing-masing 100 ribu di Bali dan Sumatera.

Cara kedua adalah menghitung jenazah yang menjadi korban pembantaian. Hal ini bisa dilakukan dengan membongkar kembali kuburan massal yang tersebar dimana-mana.

Tetapi jumlah ini pasti tidak akan akurat karena sebagian korban dicampakkan ke hutan atau dimangsa hewan buas serta dibuang ke sungai atau ke laut seperti halnya kesaksian Hermawan Sulistyo di atas.

Cara ketiga: dengan meminta kesaksian dari korban yang kebetulan selamat, orang yang menyaksikan pembunuhan atau pelakunya sendiri. Hal ini dapat dan perlu dilakukan walaupun akan memakan waktu yang cukup lama.

Pengakuan Anwar Congo dalam film dokumenter The Act of Killing besutan sutradara Joshua Oppenheimer menjadi salah satu contoh yang bisa dilakukan untuk mengungkap tragedi itu.

Cara keempat dengan teknik demografi yakni dengan membandingkan jumlah penduduk suatu daerah sebelum dan sesudah kejadian pembantaian 1965-1966.

Angka pembunuhan massal diperoleh melalui selisihnya. Kelemahan dari teknik ini adalah angka sensus yang tersedia mencakup periode yang jauh lebih panjang yakni tahun 1961 dan 1971.

Selain tidak semua yang meninggal karena pembunuhan massal, bisa juga angka kematian karena mati wajar atau sakit. Demikian pula orang-orang yang berpindah ke daerah lain selama periode itu harus dikeluarkan dalam penghitungan.

Cara kelima dengan mengandalkan intuisi. Angka yang diperoleh bersifat moderat di tengah-tengah, tidak terlampau kecil dan tidak terlampau besar.

Robert Cribb menyebut jumlah 500.000 korban pembantaian adalah angka yang wajar. Jumlah tersebut didukung oleh teknik keenam yang dibuat Iwan Gardono.

Iwan menjumlahkan semua angka dari 39 artikel atau buku yang pernah mengulas pembantaian 1965-1966 dan membaginya dengan angka pembagi 39. Diperoleh rata-rata angka sebesar 430.590 korban tewas selama pembantaian 1965-1966.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com