Robert Cribb mencatat, di Aceh yang pengaruh muslimnya sangat kuat dan dukungan terhadap PKI sangat kecil serta terpusat di perkotaan tetapi ada ada kader PKI berikut keluarganya yang dibantai habis di awal Oktober 1965.
Tidak jauh dari Kota Metro, Lampung, juga terjadi pembantaian yang menelan cukup banyak korban. Korban kebanyakan para transmigran asal Jawa dan pelakunya adalah penduduk muslim setempat yang merasa terganggu dengan kedatangan pendatang asal Jawa.
Paul Webb menulis pembantaian di Nusa Tenggara Timur. Korbannya para pendeta Protestan, staf universitas dan guru yang kerap menyuarakan keadilan para petani miskin.
Di Timor, Solor, kelompok-kelompok pemujaan setempat seperti gerakan Makdok masyarakat Timor yang tidak tahu tentang ideologi PKI, ditangkap dan dibunuh oleh militer.
Di Lombok tercatat ada 50.000 orang telah dibantai di awal 1966, korbannya sebagian besar warga asal Bali dan Cina serta pembantainya sebagian besar adalah warga muslim Sasak.
Pembantaian juga dilaporkan terjadi di Kalimantan Barat di bulan Oktober dan November 1967. Korbannya sebagian besar orang-orang Cina dan pelakunya warga Dayak asli.
Sebelum tragedi 1965, Kalimantan Barat adalah basis operasi perlawanan Indonesia terhadap Malaysia yang dibantu gerilyawan etnik Cina di sepanjang perbatasan dengan Sarawak.
Pihak Angkatan Darat melakukan perang psikologis besar-besaran untuk menghasut suku Dayak agar melawan orang-orang Cina.
Dengan maraknya pemberitaan luar negeri berdasar dokumen yang telah terdeklasifikasi setidaknya membuka kotak pandora mengenai kebenaran sejarah yang tidak bersifat tunggal.
Sejarah terus membutuhkan klarifikasi baru agar fakta-fakta yang belum terungkap bisa tergali lagi.
Pembantaian massal 1965-1966 tidak boleh terulang lagi mengingat kejahatan kemanusian terbesar adalah pelenyapan anak bangsa. Mereka adalah saudara-saudara kita yang sial karena menjadi tumbal politik.
Tidak boleh ada pengingkaran karena pembantaian massal 1965-1966 memang terjadi dan masih ada korban yang bisa bersaksi.
Semakin kita menyimpan rapat kebenaran sejarah maka kebenaran sejarah akan menemukan jalannya sendiri. Satu persatu kepingan sejarah telah terungkap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.