Absennya demos dan kemunduran demokrasi
Dalam rangka menyambut ulang tahun ke-50 yang jatuh pada tanggal 19 Agustus 2021, LP3ES menerbitkan buku berjudul “Demokrasi Tanpa Demos: Refleksi 100 Ilmuwan Sosial Politik Tentang Kemunduran Demokrasi di Indonesia”.
Ide awal buku ini lahir pada penghujung tahun 2020 saat kami menggagas perlunya mengundang ilmuwan dari seluruh dunia untuk menulis refleksi bersama atas situasi demokrasi di Indonesia. Untuk itu, kami berniat melakukan call for paper kepada para ilmuwan terpilih yang mau secara sukarela menulis untuk memperingati ulang tahun lembaga bersejarah ini.
Dari sana muncul ide untuk sekaligus mengundang para ilmuwan itu untuk berbicara dan mempresentasikan tulisannya di satu forum diskusi mingguan. Forum itu kemudian diberi nama Forum 100 Ilmuwan.
Seperti namanya, ia memang berniat menghadirkan tak kurang dari 100 ilmuwan sosial politik di seluruh dunia untuk melakukan refleksi bersama LP3ES. Dalam forum itu, 3-4 orang ilmuwan sosial politik dari berbagai negara di dunia hadir setiap minggu untuk berbicara di webinar LP3ES tentang berbagai tema.
Masih teringat jelas webinar pertama digelar pada hari Jumat, 30 Oktober 2020, tentang konflik Papua dengan pembicara, antara lain Cahyo Pamungkas dari LIPI. Panel terakhir berlangsung pada 5 Juni 2021 tentang manifesto peradaban ekologis untuk Indonesia yang menghadirkan Gerry van Klinken dari KITLV Belanda.
Selama tujuh bulan, antara akhir Oktober dan awal Juni itu, secara total berlangsung 28 webinar. Dengan kata lain, rata-rata empat webinar setiap bulan selama tujuh bulan. Itu artinya seminggu sekali forum ini hadir dengan diskusi “berat” yang menghadirkan ilmuwan dari banyak wilayah di Indonesia maupun dari luar negeri dan kemudian ditayangkan melalui kanal YouTube sehingga dapat dinikmati oleh khalayak banyak.
Tercatat, ada 135 ilmuwan sosial politik (91 laki-laki dan 44 perempuan) yang bergabung bersama kami, baik berbicara dalam webinar, mengirimkan tulisan, ataupun berbicara dan mengirimkan tulisan sekaligus. Dari 135 ilmuwan tersebut, 77 orang (56 laki-laki dan 21 perempuan) di antaranya, menuliskan refleksi kritis dan mempercayakannya kepada kami untuk diterbitkan di dalam buku ini.
Mereka tidak hanya ilmuwan sosial politik dari Indonesia, namun juga dari berbagai negara, seperti Kanada, Australia, Norwegia, Jerman, Tiongkok, Singapura, Inggris, Amerika, Belanda, Perancis, dan Jepang.