Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muchtar Pakpahan dan Obsesinya Membela Rakyat Kecil Sejak Masih Menarik Becak

Kompas.com - 23/03/2021, 09:55 WIB
Irfan Kamil,
Icha Rastika

Tim Redaksi

Usai berceramah, kata Pakpahan, Dantabes berpesan kepadanya agar melaporkan segala masalah yang sedang dialaminya.

“Untuk membuktikan, saya menelepon Dantabes langsung di muka Dansek itu dan melaporkan semuanya kepada ajudan Dantabes. Ibu itu pun dibebaskan," ucap Pakpahan.

Hingga pada 1970-an, Muchtar sering membaca pemberitaan di Koran Medan mengenai aktivitas para tokoh pergerakan.

Tokoh yang kerap diberitakan itu yakni Hariman Siregar (Ketua DM UI), Muslim Tampubolon (Ketua DM ITB), Nelson Parapat (aktivis GMKI USU Medan), dan Sufri Helmi Tanjung (tokoh HMI IAIN Medan).

“Kebetulan mereka itu berdarah Tapanuli. Akhirnya saya pun terbakar menegakkan keadilan." ucap Pakpahan.

“Keadilan apa? Tak tahulah. Pokoknya ya membela keadilan, ha ha ha," kata dia.

Pengorbanannya dalam membela rakyat pun ia wujudkan melalui SPBI. Ia berkeinginan agar para buruh mampu membela nasibnya sendiri.

Permasalah perburuhan yang dialami Pakpahan saat itu yakni terjadi pada tahun 1984, tepatnya sejak DPP SPSI bersikap pasif membiarkan para aktivis buruh diinterogasi aparat keamanan.

Baca juga: Kenang Muchtar Pakpahan, KSPSI: Selamat Jalan Pejuang Buruh Indonesia

Padahal, apa yang dibuat aktivis buruh itu justru hanya mendirikan Pengurus Unit Kerja (PUK) SPSI di sejumlah perusahaan.

"Eksisitensi SPSI, akhirnya saya lihat sekadar untuk security approach mengamankan buruh," ucap Pakpahan.

Dengan adanya perilaku sewenang-wenang terhadap buruh itu akhirnya membuat Pakpahan bertekad membantu SBSI mati-matian.

Membela kaum kecil demi menegakkan keadilan itu, akan tetap diteruskannya.

"Ya, tapi sekarang kan sudah lain. Tidak seperti tahun 70 dan 80-an, sikap ABRI tahun 90-an kan sudah penuh keterbukaan demi demokratisasi," kata dia.

Adanya perkembangan itu justru membuat Pakpahan yakin perjuangan bangsa Indonesia demi menegakkan keadilan dan demokrasi sudah di jalur yang tepat.

Keterbukaan terhadap adanya perbedaan pendapat itu, menurut Pakpahan, harus terus dihargai.

Baca juga: Muchtar Pakpahan di Mata Kerabat, Konsisten Perjuangkan Hak Buruh dan Rakyat Kecil

Keprihatinan lain yang harus disikapi serius, kata dia, adalah penegakkan hukum.

Jika hukum ditegakkan dengan konsisten di segala bidang, rakyat tidak akan bisa jadi mainan atau sekadar legitimasi kekuasaan lagi.

"Pembuatan hukum kita masih didominasi pendekatan politis dalam arti negatif. Padahal politisi kita bunglon, cuma cari kursi," kata Muchtar Pakpahan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com