JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli vulkanologi Surono atau biasa disapa Mbah Rono mengatakan, permasalahan utama bencana geologi di Indonesia adalah tata ruang hunian masyarakat, dengan ketahanan konstruksi pada goncangan gempa.
Surono mengatakan, dari tahun ke tahun, bencana geologi seperti gempa bumi, tanah longsor dan letusan gunung berapi selalu mengakibatkan kerusakan dan memakan korban karena dua hal tersebut.
"Gempa bumi tidak membunuh, yang membunuh adalah infrastrukturnya, letusan gunung berapi tidak mengejar orang, tapi dia datang di tempat dia dulu meletus dan kebetulan di sana sudah dikooptasi oleh orang yang sulit untuk berbagi ruang dan waktu dengan sang tuan rumah yakni gunung berapi itu sendiri," jelas Surono dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, Kamis (4/3/2021).
Baca juga: Ini Daftar Gunung yang Rawan Menimbulkan Tsunami di Indonesia
Surono menyebut, kawasan rawan bencana cenderung merupakan daerah yang subur, memiliki banyak cadangan air, serta pemandangan yang apik.
"Oleh karena itu dia menarik banyak hunian disitu," kata dia.
Menurut Surono, masalah utama pemerintah adalah belum adanya mekanisme pengawasan pada tata ruang masyarakat dan kekuatan infrastruktur pada goncangan.
"Tetapi satu hal, BNPB sudah mengetahui berapa jumlah penduduk di daerah rawan gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi, sudah tahu," ujar Surono.
Baca juga: Jokowi: Indonesia Ranking Tertinggi Negara Paling Rawan Risiko Bencana
Surono mengibaratkan mekanisme pengawasan itu dengan tim sepakbola. Dari sisi sumber daya dana dan personel sudah ada, begitu pun penanggulangan bencana sudah baik.
Namun, kekurangannya adalah pada aspek pencegahan bencana.
"Namun ratusan miliar sampai triliunan setiap tahun itu terulang lagi, BNPB seperti punya pemain back yang gagal membina pemain tengah walaupun pencetak goalnya bagus. Ini jadi tidak goal-goal. Back-nya bagus, kiper bagus, tapi pemain tengah kurang lincah," papar Surono.
Baca juga: Soal Penanganan Bencana, Jokowi: Jangan Hanya Sibuk Susun Aturan
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan data BNPB, terjadi 236 bencana sampai 31 Januari 2021.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB Raditya Jati menyampaikan, sebagian besar bencana terjadi karena pengaruh kondisi hidremeteorologi atau cuaca.
"Data kami menunjukan bahwa dari kejadian itu, banjir dan tanah longsor menjadi dominan," ujar Rasita, Minggu (24/1/2021) lalu.
Berdasarkan data yang sama sepanjang 2021 dampak bencana alam sudah menelan 191 korban meninggal dunia.
Raditya mengatakan, korban terbanyak terjadi pda bencana gempa bumi dan tanah longsor.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.